Senin, 14 Juli 2008

Api di Bukit Menoreh 60

Ketika Tohpati memandang wajah Sanakeling yang samar-samar diterangi oleh cahaya obor yang kemerah-merahan, dilihatnya wajah yang keras kasar itu hampir tidak sabar lagi menunggu perintahnya. Karena itu maka sambil menganggukkan kepalanya, Tohpati melambaikan tongkat baja putihnya yang mengerikan itu.
Sanakeling tersenyum melihat lambaian tongkat Macan Kepatihan. Dengan serta-merta ia menarik pedangnya. Diangkatnya pedangnya itu tinggi-tinggi seolah-olah hendak menusuk langit. Dan kemudian dari sela-sela bibirnya yang tebal, terdengarlaj ia meneriakkan aba-aba.
Dalam waktu sekejap, hampir setiap pemimpin kelompok telah mengulangi aba-aba itu. Terdengarlah kemudian seseorang membunyikan sebuah bende. Suaranya menggema melingkar-lingkar didalam hutan itu.
Ketika Sanakeling mengangkat tangannya untuk kedua kalinya, maka sekali lagi bende itu bergema, suaranya memukul-mukul batang-batang kayu dan dedaunan. Hampir setiap tubuh didalam pasukan itu bergerak. Tangan-tangan mereka sekali lagi meraba-raba pakaian mereka, senjata mereka dan perlengkapan-perlengkapan mereka yang lain. Mereka tidak boleh menjadi korban karena kealpaan mereka atas persiapan mereka sendiri.
Sesaat kemudian Sanakeling mengangkat pedangnya untuk yang ketiga kalinya. Pedang itu melingkar satu kali, disambut oleh bunyi bende untuk yang ketiga kalinya. Bunyi itu terasa seakan-akan menyentuh sudut hati mereka yang berdiri didalam barisan itu. Sudah lama mereka tidak mendengar bunyi aba-aba dengan cara yang demikian. Sudah lama mereka hanya mendengar aba-aba dari pemimpin-pemimpin mereka yang berteriak-teriak tidak menentu. Kadang-kadang bahkan bunyi aba-aba itu terasa sesuka hati yang mengucapkannya. Namun kali ini mereka mendengar aba-aba seperti yang selalu didengarnya pada saat Jipang masih tegak. Pada saat mereka masih bernama seorang prajurit Wiratamtama Jipang, dibawah pimpinan adipati yang mereka segani, Arya Penangsang. Seorang adipati muda yang perkasa, dengan seekor kuda bernama Gagak Rimang dan sebilah keris ditangannya. Keris yang sakti tiada taranya, yang dinamainya Setan Kober. Sedemikian saktinya keris itu, sehingga orang menganggapnya, bahwa karena sentuhan keris itu gunung akan runtuh dan lautan akan menjadi kering.
Meskipun kali ini mereka tidak bersama dengan adipati itu lagi, namun Macan Kepatihan masih tetap memberi mereka kebanggaan. Macan Kepatihan yang kali ini tidak berada diatas punggung kudanya, kuda segagah Gagak Rimang yang dinamainya Maruta. Kuda yang dapat berlari sekencang angin. Namun meskipun demikian, ketika setiap orang dalam pasukan itu melihat tongkat putihnya yang berkilat-kilat, maka hati mereka menjadi bangga. Seolah-olah merekalah yang menggenggam senjata yang mengerikan itu.
Beberapa orang dari mereka tidak dapat melupakan kenyataan, bahwa Tohpati itu beberapa waktu yang lampau dapat dilukai oleh senapati Pajang yang ditempatkan di Sangkal Putung, dan bernama Untara. Tetapi mereka menganggap peristiwa itu sebagai sebuah kecelakaan. Tohpati pasti tidak dapat dikalahkan oleh siapapun. Mungkin Ki Gede Pemanahan, Ki Penjawi, atau Ki Juru Mertani. Tetapi tidak oleh orang lain. Apalagi Untara. Tohpati pada waktu itu pasti baru melindungi seseorang atau lebih, sehingga dirinya sendiri dikorbankannya.
Apalagi kini, dibawah umbul-umbul, rontek dan tunggul-tunggul kebesaran Jipang, dibelakang senapati mereka, Macan Kepatihan, maka laskar Jipang itu merasa, bahwa mereka adalah pasukan yang paling kuat yang pernah terbentuk sejak Jipang runtuh.
Demikianlah, maka setelah bende yang ketiga kalinya itu, pasukan Jipang mulai bergerak dengan sigapnya. Setiap orang didalam pasukan itu tampak berwajah cerah, seakan-akan mereka telah menggengam kemenangan ditangannya.
Dibawah cahaya obor-obor yang menyala hampir disetiap ujung dan pangkal kelompok, pasukan itu bergerak. Mereka tidak takut lagi apabila lawan-lawan mereka dapat melihat cahaya obor-obor itu dari kejauhan. Kini mereka datang dengan dada tengadah, tanpa berusaha mencari kelengahan lawan. Kini mereka datang beradu muka. Mereka datang dalam gelar yang sempurna. Dari Sanakeling mereka telah mendengar perintah, apabila mereka telah sampai didaerah yang luas, maka mereka segera akan membuat gelar yang cukup tanggon, Dirada Meta.
Laskar Jipang itu kemudian menjalar bagaikan seekor ular raksasa yang merayap diantara pohon-pohon liar. Seekor ular naga yang bersisik api. Obor-obor diantara mereka benar-benar seperti sisik yang gemerlapan.
Semua orang didalam pasukan itu tiba-tiba menengadahkan wajahnya ketika mereka melihat kilat menyambar diudara. Sekali-sekali mereka mendengar guntur menggelegar dilangit. Ketika mereka memandang kearah timur, tampaklah langit gelap pekat.
Seorang didalam barisan itu bergumam lirih “Diarah timur aku kira hujan turun dengan lebatnya”
Kawannya yang berjalan disampingnya mengangguk. Sebelum ia menjawab, ditengadahkannya tangannya, katanya “Disinipun hujan sebentar lagi akan turun. Lihat, titik-titik air telah satu-satu berjatuhan”
”Tetapi angin bertiup kearah timur. Awan yang basah itu akan dihalau pergi”
Kawannya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi ia tidak menjawab.
Perlahan-lahan ular raksasa itu maju terus. Semakin lama menjadi semakin dekat dengan tepi hutan. Dan sesaat kemudian ujung dari barisan itu telah muncul dari sela-sela belukar dan batang-batang pohon liar. Kini mereka berjalan diatas padang perdu yang tidak terlalu luas, diselingi oleh gerumbul-gerumbul dan pepohonan yang semakin jarang.
Macan Kepatihan yang berjalan diujung pasukan itu berdesir. Didekat tempat inilah ia bersama Sumangkar bertemu dengan Ki Tambak Wedi dan Sidanti. Bahkan kemudian datang pula Kiai Gringsing dan kedua orang yang mungkin sekali adalah murid-muridnya.
Macan Kepatihan itu tiba-tiba menundukkan wajahnya. seolah-olah ia ingin melihat setiap langkah yang dilampaui oleh kaki-kakinya itu. Dijinjingnya tongkatnya dengan tangan kanannya, terbuai oleh ayunan lenggangnya. Sekali-sekali tongkat itu tampak gemerlapan karena cahaya obor yang dipantulkannya.
Agak jauh dihadapan mereka, dua orang bersembunyi dengan rapatnya dibalik dedaunan. Ketika mereka melihat iring-iringan itu, hati mereka menjadi berdebar-debar. Apalagi ketika mereka melihat umbul-umbul, rontek dan tunggul-tunggul lengkap dibagian depan pasukan Jipang.
“Gila” desis salah seorang dari mereka “Mereka benar-benar datang dalam kelengkapan yang sempurna”
Yang lain tidak menjawab. Ketika mulutnya hampir terbuka, tiba-tiba didengarnya lamat-lamat suara aba-aba dari laskar Jipang itu. Dengan sigapnya setiap orang didalam barisan itu bergerak. Dan terbentuklah gelar Dirada Meta yang sempurna. Macan Kepatihan, senapati yang disegani itu, berdiri diujung gelar itu. Agak jauh disisinya, kedua senapati pengapitnya, siap membayangi setiap perkembangan keadaan. Mereka adalah Sanakeling dan Alap-alap Jalatunda. Tepatlah tebakan Untara atas gelar yang akan dilakukan oleh Macan Kepatihan itu. Namun sebaliknya. Macan Kepatihanpun dapat memperhitungkan dengan tepat, bahwa Pajang akan mempergunakan gelar yang lebih luas. Sesuai dengan keadaan laskarnya yang bercampur baur dengan laskar Sangkal Putung, maka mereka memerlukan medan yang lebih lebar, supaya tidak terjadi desak-mendesak diatara mereka. Laskar Sangkal Putung itu pasti belum mampu untuk menghadapi keadaan yang serba tiba-tiba seperti lasakar Pajang sendiri. Namun keberanian dan tekad dari orang-orang Sangkal Putung benar-benar memusingkan kepala Tohpati. Mereka mengamuk seperti orang mabuk, apalagi disampingnya selalu dibayangi oleh kemahiran bertempur orang-orang Pajang, sehingga gabungan diantara mereka, keberanian, tekad yang meluap-luap dan pengalaman serta kemahiran merupakan kekuatan yang benar-benar ngedab-edabi.
Kedua orang yang bersembunyi itu adalah orang-orang Pajang yang dipasang oleh Untara. Karena itu maka segera mereka menyelinap dan berlari terbongkok-bongkok kearah kuda-kuda mereka didalam semak-semak. Sesaat kemudian mereka itupun telah meloncat keatas punggung kuda masing-masing dan dengan hati-hati mereka berusaha untuk mencari tempat-tempat yang terlindung. Baru setelah agak jauh mereka memacu kuda-kuda mereka dengan cepatnya menuju ke Sangkal Putung
Tohpati dan beberapa pemimpin pasukan Jipang melihat kedua orang berkuda itu. Namun mereka sama sekali tidak berkeberatan seandainya kedatangan mereka kali ini disongsong oleh laskar Sangkal Putung dan pasukan Pajang. Pasukan Jipang yang terhimpun dari orang-orang mereka yang betebaran itu merupakan kekuatan yang cukup besar untuk menggulung kademangan Sangkal Putung.
Kedua pengawas dari Sangkal Putung itu memacu kudanya seperti angin. Mereka harus segera sampai Sangkal Putung dan melaporkan apa yang mereka lihat.
Ketika mereka menjadi semakin dekat dengan Sangkal Putung, terasa titik-titik hujan semakin deras berjatuhan diatas tubuh-tubuh mereka. Namun ketika kemudian mereka melihat air yang tergenang disana-sini, maka gumam salah seorang adri mereka “Agaknya hujan lebat didaerah ini”
Yang lain menganggukkan kepalanya sambil berkata “Ya, lebat sekali. Bahkan anginpun agaknya terlalu kencang”
Keduanya tidak berbicara lagi. Kuda mereka berlari semakin kencang. Sekali-sekali menyeberangi genangan-genangan air dijalan yang mereka lalui. Dan ternyata hujanpun belum teduh sama sekali, sehingga sebelum mereka memasuki Sangkal Putung mereka telah menjadi basah kuyup pula. Tetapi hujan sudah jauh berkurang. Air tidak lagi seakan-akan tertumpah dari langit yang retak.
Kedua ekor kuda itu berpacu langsung kekademangan. Tetapi mereka menjadi kecewa ketika para penjaga regol kademangan berkata bahwa Untara telah berangkat kebanjar desa.
“Hem” desah salah seorang dari mereka “Marilah kita lekas kebanjar desa itu”
Dan kembali keduanya berpacu. Derap langkah kuda-kuda mereka itu terdengar memecah kesepian jalan-jalan di Sangkal Putung. Sekali-sekali genangan air memercik membasahi kaki penunggang-penunggang kuda itu. Mereka harus segera menemui Untara atau Widura.
Dibanjar desa derap kuda itu disambut dengan hati yang berdebar-debar. Kedua orang itu segera dibawa menghadap Untara dan Widura untuk menyampaikan laporannya tentang laskar Tohpati itu.
Dengan tergesa-gesa kedua orang itu menceritakan apa yang telah dilihatnya tentang laskar Jipang yang datang benar-benar dengan gelar dan kelengkapan gelar yang sempurna.
“Hem” Untara menarik nafas dalam-dalam. “Mereka mempergunakan tanda-tanda kebesaran kadipaten Jipang?”
“Ya tuan” jawab kedua orang itu.
Untara terdiam sejenak. Meskipun yang dikatakan oleh kedua pengawasnya itu adalah barang-barang mati, umbul-umbul, rontek dan sebagainya, namun benda-benda itu langsung atau tidak langsung akan mempunyai pengaruh pada jiwa setiap orang didalam pasukan itu. Tanda-tanda itu akan memberi semangat dan nafsu berjuang. Tanda-tanda itu dapat memperbesar hati setiap prajuritnya. Tanda-tanda itu dapat menjadi lambang tekad dari segenap prajurit didalam barisan itu.
Widurapun agaknya mempunyai pendapat yang sama. Karena itu ketika ia melihat Untara termenung, maka gumamnya “Apa kita juga memerlukannya, Untara?”
“Ya paman. Alangkah baiknya kalau kita memiliki benda-benda semacam itu. Kalau tidak, maka sesaat pasukan kita bertemu dengan pasukan Jipang itu, maka akan terasa seolah-olah pasukan Jipang itu mempunyai kebesaran melampaui pasukan kita, sehingga mau tidak mau, perasaan yang demikian akan mempengaruhi setiap prajurit didalam pasukan kita. Sedang sebaliknya, pasukan Jipang akan lebih berbesar hati dengan kebesarannya”
“Lalu apakah kita akan memasang umbul-umbul?” bertanya Widura.
“Berapa banyak umbul-umbul yang ada disini?”
“Terlalu sedikit. Dan tidak lebih dari tanda-tanda pasukanku. Sama sekali bukan umbul-umbul kebesaran Pajang, apalagi Demak” sahut Widura “Dan itupun terlalu kecil hampir tidak akan berarti”
Untara kembali termenung. Dan tiba-tiba ia berkata “Tidak apa-apa, yang kecil itu akan merupakan panji-panji kebanggaan pasukan paman Widura. Tetapi adalah paman mempunyai panji-panji Gula Kelapa?”
“GulaKelapa? Mengapa?”
“Panji-panji itu adalah lambang kebesaran Demak. Dan tentu akan merupakan lambang kebesaran Pajang pula”
“Tentu. Didalam pasukanku ada panji-panji itu”
Untara mengangguk-angguk. Kepada Ki Demang Sangkal Putung iapun bertanya “Ada berapa panji-panji Gula Kelapa diseluruh kademangan Sangkal Putung?”
Ki Demang ragu-ragu sejenak. Dengan ragu-ragu pula ia menjawab “Aku tidak tahu ngger. Apakah di Sangkal Putung ada panji-panji semacam itu”
“Tentu paman” jawab Untara “Bukankah Sangkal Putung dahulu mengakui kebesaran Demak, kemudian mengakui Pajang dan bukan Jipang?”
Ki Demang itu kembali termangu-mangu. Tiba-tiba ia tersentak, seakan-akan sebuah ingatan telah menyentak kepalanya. Katanya “Ya, ya. Aku ingat sekarang. Di kademangan ini ada sebuah pepunden. Panji-panji Gula Kelapa yang besar. Panji-panji yang kita namai Kiai Unggul. Tetapi panji-panji itu adalah pepunden kademangan ini, yang kami keluarkan dari penyimpanan setahun sekali, setiap bulan pertama untuk dibersihkan”
Untara mengerutkan keningnya. Kemudian katanya “Itulah. Saat ini adalah waktunya untuk mengeluarkan Kiai Unggul dari simpanannya”
“Ya, bahkan ada pula panji-panji yang lain. Milik seorang bekas prajurit Demak. Lengkap dengan tunggulnya. Panji-panji itu didapatnya pada saat ia ikut berperang melawan orang-orang Portugis diujung Melayu bersama pangeran Sebrang Lor”
“Orang itu sudah tua sekali?”
“Ya, panji-panji itu dinamainya Kiai Jetayu”
“Nama seekor burung Garuda” desis Agung Sedayu
“Ya, panji-panji itupun cukup besar. Hampir sebesar Kiai Unggul” berkata Ki Demang.
Wajah Untara menjadi cerah. Tiba-tiba ia berkata lantang “Waktu sudah mendesak. Siapkan pasukan dan siapkan Kiai Tunggul dan Kiai Jetayu”, kemudian kepada Ki Demang ia berkata “Suruhlah seseorang menjemput kedua panji-panji itu. Berkuda sekarang juga, dan bersama dengan itu ambillah semua tanda-tanda kebesaran pasukan Pajang dikademangan”
Untara tidak perlu mengulangi perintahnya. Widura segera berdiri dan berjalan kehalaman. Kepada bawahannya segera ia memerintahkan untuk menyiapkan pasukan. Sedan kepada beberapa orang lain diperintahkannya mengambil beberapa tanda kebesaran di kademangan. Didalam gelodog, dipringgitan. Sedang beberapa orang yang lain mendapat perintah dari Ki Demang untuk mengambil panji-panji Kiai Unggul dan Kiai Jetayu beserta tunggulnya masing-masing.
Sesaat kemudian dilapangan dimuka banjar desa itu, pasukan Pajang dan laskar Sangkal Putung telah mempersiapkan dirinya. Mereka menunggu beberapa orang menyiapkan tanda-tanda kebesaran mereka. Beberapa buah tunggul dengan ujung berbentuk garuda dan bunga berdaun lima. Itu adalah tanda kebesaran dari pasukan Widura di Sangkal Putung. Panji-panji yang besar berwarna emas dengan gambar seekor Garuda yang sedang mengembangkan sayap-sayapnya. Kemudian beberapa umbul-umbul kecil dan rontek-rontek yang tidak semegah umbul-umbul pasukan Jipang. Namun ketika kemudian dujung pasukan itu berkibar tiga buah panji-panji yang besar berwarna Gula Kelapa, maka kebesaran pasukan Pajang bersama dengan laskar Sangkal Putung itu menjadi bercahaya.
Ketiga panji-panji itu adl Kiai Unggul, Kiai Jetayu dan panji-panji pasukan Widura sendiri. Panji-panji Gula Kelapa dari pasukan Wiratamtama dibawah kekuasaan Pajang, disamping panji-panji pasukannya.
Ketika pasukan Pajang beserta laskar Sangkal Putung itu melihat ketiga panji-panji Gula Kelapa diujung pasukannya maka hati mereka serentak bersorak. Kiai Unggul bagi rakyat Sangkal Putung mempunyai arti tersendiri. Kiai Jetayu itupun telah mereka kenal pula sebagai selembar panji-panji pusaka yang bertuah.
Dari kedua orang pengawasnya, Untara mengetahui bahwa pasukan Jipang sudah berangkat menuju ke Sangkal Putung. Karena itu maka ia tidak menunggu lebih lama lagi. Dipersiapkannya seluruh pasukannya untuk segera berangkat menyongsong pasukan Jipang.
Sesaat kemudian terdengar dipendapa banjar desa itu, kentongan dalam nada Dara-muluk. Nada yang tidak biasa diperdengarkan dalam keadaan bahaya seperti saat itu. Namun setiap orang di Sangkal Putung kali ini mengetahui, bahwa bunyi kentong itu adalah pertanda bahwa pasukan Pajang beserta laskar Sangkal Putung telah siap untuk berangkat.
Beberapa orang yang karena suatu sebab, belum berada dilapangan itu, segera berlari-lari sambil menjinjing senjatanya, menuju ke banjar desa. Ketika mereka melihat laskar Sangkal Putung telah bersiap segera mereka memasuki kelompok masing-masing.
Setelah para pemimpin kelompok menghitung anak buah masing-masing serta segala persiapan telah lengkap, maka terdengarlah suara Widura memecah gelap malam. Mengumandang memenuhi lapangan.
Aba-aba itu adalah aba-aba yang pertama. Aba-aba yang disambut dengan debar disetiap dada. Sehingga lapangan itu kemudian terhenyak kedalam kesepian. Seakan-akan tak seorangpun yang berada disanan.
Aba-aba itu adalah aba-aba yang pertama. Aba-aba yang disambut sesaat kemudian, setelah Widura yakin bahwa segala sesuatunya telah siap, maka terdengarlah aba-abanya yang terakhir. Aba-aba itu disambut oleh pemimpin-pemimpin kelompok, yang mengulanginya dengan cepat seperti apa yang diucapkan oleh Widura.
Maka mulailah pasukan itu bergerak. Seperti pasukan Jipang, maka pasukan Widura inipun dilengkapi dengan obor-obor, sehingga lapangan dimuka banjar desa itu menjadi terang benderang.
Hujan kini sudah tidak lebat lagi. Titik-titik air satu-satu masih berjatuhan. Namun sudah tidak mampu lagi memadamkan nyala-nyala obor yang seolah-olah melonjak-lonjak kegirangan.
Untara dan Widura berjalan diujung pasukan itu. Kemudian Agung Sedayu, Swandaru dan Ki Demang Sangkal Putung. Hudaya dan Sonya masih berada didalam kelompoknya masing-masing sebelum mereka kemudian harus mempersiapkan diri bersama-sama dengan Agung Sedayu dan Swandaru menghadapi kemungkinan yang paling berat. Melawan seorang yang bernama Sumangkar.
Dibelakang induk pasukan berjalanlah sebagian dari laskar Sangkal Putung. Mereka berjalan dengan penuh semangat. Mereka merasa bahwa dipundak mereka terletak tanggung-jawab atas Sangkal Putung. Pasukan Pajang yang berada dikademangan itu adalah sekedar tenaga yang memberi bantuan kepada mereka. Merekalah yang harus melindungi kademangan itu. Dan merekalah yang harus bertempur mati-matian melawan orang-orang Jipang.
Dibelakang laskar Sangkal Putung itu Citra Gati berjalan sambil menundukkan wajahnya. Ia merasa badannya aneh kali ini. Kepada seseorang yang berjalan dibelakangnya, Citra Gati itu bertanya “Kau lihat Hudaya?”
Orang yang mendapat pertanyaan itu menjawab “Kakang Hudaya masih berada didalam kelompoknya”
“Panggil ia sebentar kemari” katanya.
Orang itupun segera keluar dari barisannya. Sesaat ia berhenti menunggu Hudaya yang berada agak jauh dibelakang mereka.
Hudaya heran mendengar bahwa Citra Gati memanggilnya. Karena itu dengan tergesa-gesa ia berjalan mendahului berisannya kekelompok Citra Gati. Kelompok yang nanti akan memimpin pasukan Pajang disayap kanan.
Ketika Hudaya telah berjalan didekat Citra Gati, maka dengan serta-merta ia bertanya “Apakah ada sesuatu yang penting ?”
Citra Gati berpaling. Dilihatnya Hudaya memandanginya dengan tegang.
Citra Gati itu tersenyum. Ia hanya ingin melepaskan perasaannya yang aneh. Maka katanya “Apakah kumis dan janggutmu sempat kau bersihkan?”
Hudaya mengerutkan keningnya. “Belum. Kau juga belum” jawabnya “Biarkan saja kumis dan janggut itu. Tetapi apakah yang penting?”
Citra Gati menggeleng “Tidak ada” jawabnya “Aku hanya merasa sepi. Seakan-akan aku berjalan seorang diri disayap ini”
“Uh, bukan main” keluh Hudaya sambil mengerutkan keningnya “Aku sangka ada hal-hal yang sangat penting”
Citra Gati tersenyum. Tetapi senyumnya tampak hambar. Katanya “Jangan marah. Rambut diwajahmu benar-benar menarik perhatianku. Aku cemas kalau kau tidak sempat membersihkannya lagi”
Hudayalah yang kini tersenyum, katanya “Aku belum pernah melihat seseorang yang bernama Sumangkar. Mungkin ia ganas, seganas Macan Kepatihan. Tetapi mungkin ia lunak, selunak jenang alot”
“Jangan mengigau” potong Citra Gati “Sekarang kembalilah kekelompokmu”
Hudaya menarik nafas dalam-dalam. Gumamnya “Aku sangka kau sempat membawa jenang alot itu kakang. Dan kau ingin memberi aku sepotong. Kalau tahu demikian, aku tidak akan datang”
Citra Gati tidak menjawab. Sekali lagi ia tersenyum, senyum yang hambar.
Hudaya kembali kekelompoknya. Namun ia merasa aneh. Citra Gati tidak pernah merasakan hal-hal yang aneh didalam setiap pertempuran. Ia tidak pernah merasa keganjilan dalam setiap tugas yang diserahkan kepadanya. Tetapi Hudaya tidak mau dipengaruhi oleh keadaan itu. Dipusatkannya perhatiannya kepada saat-saat yang akan datang.
Sesaat kemudian mereka telah meninggalkan induk padesan Sangkal Putung. Dihadapan mereka terbentang beberapa desa kecil. Lepas padesan itu nanti, segera mereka akan sampai ketempat terbuka. Tanah persawahan yang menghadap langsung kepadang rumput dan perdu dipinggir hutan.
Untara segera memerintahkan untuk mempercepat perjalanan, supaya mereka tidak terlambat. Apabila laskar Tohpati sudah memasuki padesan Sangkal Putung, maka pertempuran akan menjadi bertambah sulit. Apabila mungkin maka mereka harus sudah melampaui tanah-tanah persawahan dan bertempur dipadang rumput. Supaya tanaman mereka tidak terinjak-injak.
Disepanjang perjalanan itu meskipun Untara, Widura, Agung Sedayu dan Swandaru seakan-akan telah membulatkan hatinya untuk bertempur tanpa Kiai Gringsing, namun disudut hati mereka masih juga menyimpan harapan, mudah-mudahan Kiai Gringsing tiba-tiba saja muncul diantara mereka.
Tetapi semakin jauh mereka berjalan, harapan itu semakin tipis. Semula mereka masih juga mengharap, bahwa Kiai Gringsing hanya sedang berteduh karena hujan yang lebat. Namun setelah hujan menjadi jauh berkurang, dan Kiai Gringsing tidak juga muncul, maka harapan merekapun menjadi semakin tipis pula.
Dengan langkah yang tetap setiap orang didalam pasukan itu berjalan menuju keujung kademangan. Satu dua desa kecil telah mereka lampaui. Dan akhirnya mereka menembus jalan ditengah-tengah desa terakhir. Semakin dekat mereka dengan ujung jalan itu, hati mereka menjadi semakin berdebar-debar.
Demikian mereka keluar dari mulut lorong itu, demikian dada mereka bergetar. Ternyata agak jauh dihadapan mereka, mereka melihat sea untaian obor-obor beriringan. Terdengarlah hampir setiap mulut bergumam “Itulah mereka“
Tanpa disengaja setiap tangan segera meraba senjata masing-masing. Beberapa bagian dari mereka, yang bersenjata pasangan pedang dan perisai, segera memasang perisai-perisai mereka ditangan kiri. Sedang mereka yang bersenjata tombak, maka tombak-tombak itu sudah tidak mereka panggul diatas pundak mereka. Namun tombak-tombak itu telah merunduk, seolah-olah mereka tidak sabar lagi untuk meloncat menerkam dada lawan-lawan mereka.
Untara semakin mempercepat perjalanan itu. Ternyata laskar Jipang telah lebih dahulu sampai dipadang rumpur. Namun apabila mereka berjalan cepat, maka mereka masih belum terlambat. Mereka masih akan mencapai sisi padang itu, sebelum laskar Jipang lepas meninggalkannya.
Kening Untara berkerut ketika ia melihat iring-iringan laskar Jipang itu. Meskipun Untara belum dapat melihat dengan jelas, namun sebagai seorang prajurit yang berpengalaman ia segera dapat menebak, bahwa laskar Jipang telah berjalan dalam gelar.

151 komentar:

rizal mengatakan...

Bang Doel,
saya sudah coba convert 1 halaman kedalam format doc dg Acrobat Pro 8.1, dan hasilnya seperti berikut:
TENAGA Agu~g Sed"j", Swandaru, Hudaja, $onja dan
. P.ha Tjitik jang t.:rl~pa~ dari ikatan lilomPOf ita !cnu2 llltng¬""tung",,,,,: D~ngan lintjahnja m'ereka segera men"""patkan did mereka ll1aslng2. Meskipun hlompok jang dipumtahbnnja belum d~p;!1 ugera meu.'Iiloutinja,. namun meuka te1ah mula! deng~n tehr.an mreka pada.st'i_indtk pasukan. Karena pasukan Djipang: bergerak ",adju', maka t:rbubla-h si,i narll'nduk pasukan Djipang it,,; ~hlngga kernudian Hudai"-dan Sonja he.sertn hlomP'!knja "kan rnerupakan sajap2 ketjil pada induk pasuhnnja, '

Menurut teman yang expert, scan resolution nya kurang tinggi. Disarankan resolusinya min 400dpi.
Bagaimana Bang Doel, bisa dicoba?

Utk sahabat yang lain, mohon bersabar ya. By the way busway, ada yang bisa bantu saran bagaimana cara untuk upload buku? Kebetulan ADBM jilid 1 (versi blog ini) dah selesai dan mau di share neh.

Wass...

Anonim mengatakan...

Wah kalau hasil konversinya spt itu ya sama saja dengan retype dong. Mas Rizal, coba dilempar ke Mas GI yang punya Omnipage. Kalau hasilnya OK kan tdk perlu rescanning. Kalau terpaksa harus rescaning, pake OCR aja.
Mengenai uplod, setahu saya ada dua tempat yang bagus: esnips.com atau scribd.com. Banyak buku ukuran puluhan MB terpampang disitu, bahkan banyak yang baru (tempat yang baik bagi yang mau berburu). Mesti daftar jadi member dulu (gratis ko).
DHE2

Anonim mengatakan...

Bung Rizal, trim atas usahanya.
Sudah saya katakan bahwa saya udah scan semua jilid 1 - 100 dengan resolusi seperti yang saya kirim. Dulu waktu sy akan scan memang belum kepikir akan diconvert dg Acrobat, juga kalau resolusinya harus 400 dpi, bisa-bisa butuh kapasitas hardisk yang besar. Itu saja per jilid udah sampai 10 MB (dengan resolusi yang hanya 150dpi). Belum lagi kalau dikirim via mail, lama download-nya.
Monggo temen2 yang lain kalau ada saran yang lain. Sy tinggal kirim aja hasil scan yang udah ada.
Salam dr Doel

rizal mengatakan...

Bang Doel,
betul sekali bhw akan sulit scan ulang sebanyak itu. Utk itu tadi saya sudah share keteman2 lain utk urun usaha convert dg kondisi tsb.
Kita tunggu hasilnya, mdh2n ada solusi jitu utk mengatasinya

Anonim mengatakan...

masih lebih baik dari pada ketik semuanya kan.. malah bisa pake EYD :D dan nampaknya kita perlu duduk bareng untuk bahas masalah ini. pizza hut lagi :D
...
oh ya dibawah ini comment saya di edisi 56.
...
siap.. saya menunggu kiriman...
anova@nindityo.com
ato lebih baik di pool di satu tempat semisal di gilaupload ato rapidshare ato yg lainnya dan baru diunduh.
mengingat kapasitas email yang kecil maka agak kesulitan kalo ngirim file yang gedhe.

Anonim mengatakan...

Wah ramenya. Lama baru buka blog ini. Maklum baru malem ini saya turun dari laut.
Makasih mas rizal dan semua kawan2 yang tetap semangat.
Kalo ada yang bisa dibantu bilang aja ya. Saya belum sempat baca2 comment kawan2 sebelumnya. Besuk kali. Abis kepala masih gliyeng2, ombak besar perjalanan kapal 5 jam hehe.

Anonim mengatakan...

Mas Rizal,

bagaimana kalau file format jpg dikirimkan ke temen2 (mas GI, bensroben, Julius, doedy, dhe2, kris, dll) supaya masing2 bisa nyoba convert. Siapa tahu dengan software OCR dan setting yang berbeda2, ada yang hasilnya lebih baik. Siapa tahu, wong namanya juga usaha.

-kris-

Anonim mengatakan...

Met pagi semuanya,
Saya kemarin sempat posting komentar untuk usulan EYD. Nanggepi usulannya Mas Dhe2.
Aku copy lagi deh...
--------
Beberapa hari tidak sempat nengok, ternyata komentar dan diskusinya semakin ramai. Hal ini menandakan animo dan antusiasme yang semakin menggelinding bak bola salju.

Usulan Mas Dhedhe untuk melakukan revisi sungguh luar biasa. Aku sebenarnya juga termasuk yang sedikit sensi untuk urusan grammar dan penggunaan awalan yang salah. Ini kutuk karena dulu pernah sedikit belajar bahasa Latin yang memang njlimet dan pernah jadi editor amatir majalah kampus.

Kompas dan Tempo memang jempolan urusan ini. Bahkan soal mensosialisasikan istilah baru, Kompas lebih punya 'power' dibandingkan Pusat Bahasa Indonesia yang pernah dikomandani Anton Moeliono. Dulu inget waktu kecil Oomku yang di Kompas 'nglarang' para keponakannya di Jogya mbaca KR. Belakangan baru tahu alasannya, yaitu bahasanya kurang baik untuk pendidikan bahasa, tapi lebih-lebih cara penyampaikan faktanya juga sering vulgar buat kita-kita yang masih di SD kala itu. Tapi ya gimana ga dibaca, lha wong itu corong beritanya orang Jogya, dan ada Agung Sedayu yang bikin ketagihan... Kalau pas Pak SH Mintardja sakit dan ga bisa ngirim cerita ya kadang aku ga nerusin baca korannya kok...

Nah, dari beberapa pointers usulan Mas Dhedhe untuk pembetulan mungkin bisa kita bicarakan mana yang kelihatannya masih memungkinkan untuk kita lakukan. Dari lima points yang disebut Mas Dhedhe, menurutku points 1 - 4 kelihatannya masih mungkin, tapi kalau masuk ke point 5 kok tampaknya lumayan njlimet lho....

Lha wong cerita ini puaanjang banget. Lagi pula cerita ini ditulis memang sebelum ada EYD. Aku juga tidak tahu apakah setelah direvisi 'roh-nya' akan sedikit berkurang atau tidak. Paling tidak ada komentar dari Mas Dewo, Mas Herry dan Eyang Supe di Samarinda, untuk hal ini.

Tapi ya sumonggo terpulang pada komitment teman-teman proof reader mau sejauh mana kita melakukan editing.

Buat Bang Doel, matur nuwun banget lho ya. Kiriman ki Sanak bikin bola salju ini menggelinding makin cepat. Mudah-mudahan berkat partisipasi teman-teman semua, Mas Rizal ga jadi nambah minus matanya. Kasihan nek nambah terus minusnya, ntar ngga bisa pakai ajian sorot matanya ....


Wassalam,
Julius - Tbt.

---------

Setuju dengan usulannya Mas Nindityo, kita perlu konsolidasi kopi darat dulu buat yang gampang ngumpul di Jkt.

Aku ikut ngacung pertama kalau mau ngumpul di wilayah Tebet, kebetulan Mas Ubaid juga baru mendarat (meski pasti masih kangen sama baby-nya...) pasti mau gabung.


Julius - Tbt.

Lasipan mengatakan...

test posting ..
ada dua positng saya sebelumnya . ndak muncul..

rizal mengatakan...

Sobats,
berikut adl contoh hasil convert jpg hasil scan Bang Doel ke format doc yg dilakukan mas Kris:

TENAGA Agung Sedaju, Swandaru, Hudaja, Sonja dan Patra Tjilik jang terlepas dari ikatan kelompok itu benar2 meng¬untungkan. Dengan lintjahnja mereka segera menempatkan did mereka masing2. Meskipun kelompok jang diperintahkannja belum dapat segera mengikutinja, namun mereka telah mulai dengan .tekarian mereka pada sisi induk pasukan. Karena pasukan Djipang bergerak inadju, maka terbukalah sisi dari induk pasukan Djipang itu, sehingga kemudian Hudaja dan Sonja beserta kelompoknja akan merupakan sajap2 ketjil pada induk pasukannja.
Tohpati melihat perubahan didalam tata pertempuran pasu¬.-14,n Padjang. Ia melihat bagahnana Untara berusaha menjempur¬nakan gelar Garuda Nglajang itu mendjadi gelar jang lebih barbahaja bagi gelar Dirada Meta. Karena itu, maka Tohpati tidak membiarkan Untara mendapat kesempatan untuk mengatur orang2nja. Dengan tangkasnja is melontjat mengedjar Untara jang sedanq menarik did kedalam laskarnja.

Mas Kris convert dg menggunakan omnipage. Mohon komentar sobats, apakah memadai untuk digunakan. Tapi menurut saya sih sudah lumayan baik ketimbang retype.

Buat Bang Doel, kita tunggu response sobat2 ya...

Lasipan mengatakan...

Salam untuk para penggemar ADBM,

Saya telah menerima hasil scan bung Doel dari bung Rizal dan hasilnya sudah saya kembalikan ke bung Rizal & bung Doel. Saya sedang menunggu pendapat mereka tentang kelanjutan usaha transfer dari jpg format ini.

GI

Anonim mengatakan...

@ mas rizal..
hasil convert jpg hasil scan Bang Doel ke format doc yg dilakukan mas Kris.. hasilnya bagus kok... tentu saja jauh lebih cepat dibandingkan jika re-type seperti selama ini mas rizal lakuin.

btw, kenapa sih pake blogspot :D .. susah kalo liat update terbarunya hehehehe..

Anonim mengatakan...

Menurut saya hasil konvert Mas Kris GI lebih dari cukup dan memadai untuk proofing. Tetapi ada usul nih Mas:
1. Kalau para proof reader dikirimi hasil konvers, maka harus ada FINAL PROOF untuk mencocokkannya dengan naskah aslinya. Menurut saya ini juga akan menjadi pekerjaan berat bagi Mas Rizal atau Bang Doel.
2. FINAL PROOF bisa ditiadakan (setidaknya menjadi optional) jika para proof reader bisa mengkonvers sendiri seperti yang dilakukan oleh Mas GI. Dgn cara ini lalu lintas proofing juga menjadi sederhana. Para proof reader bisa sekalian melakukan FINAL PROOF.
3. Oleh karena itu, Pertanyaan untuk Mas Kris GI, apakah ada software Omnipage yang free? Jika ada, tentu akan lebih efisien jika para proof reader bisa mengkonvers langsung.
Demikian usul saya (DHE2)

Anonim mengatakan...

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya nyumbang ADBM seri 2 untuk jilid-jilid 48 dst. dah sudah saya retype untuk jiild 48 tapi seprtinya terlalu dini untuk dirilis ya...
Hasil convert Mas GI layak banget untuk diproof ulang.
Mas Doel, kirim juga saya untuk coba bantu convert.
Kalau ejaan, rasanya koq lebih enak baca sesuai aslinya ya...Berasa tempo doeloe banget..
Mas GI ditunggu ya...
masbawuk@gmail.com

Anonim mengatakan...

Soal editing bhs yang pernah saya lontarkan itu sifatnya cuma usul lho ya. Jadi jangan terlalu menjadi beban. Kalau memang berat ya gak usah terlalu njlimet. Tapi, kalau sekedar merubah ketjil menjadi kecil dan Djipang menjadi Jipang saya kira harus. Toh yang sudah diposting selama ini begitu, kan. Lagipula sangat mudah ko. Pakai ctrl replace kan semuanya berubah. Soalnya, maunya, para generasi berikutnya juga bisa menikmati. Sampai generasi kedua barangkali gak masalah. Tapi untuk anak2 kita bisa menjadi ganjalan.
Saya banyak usul. Maaf kalau ada yang tidak berkenan (DHE2)

Anonim mengatakan...

Temen2, monggo saja soal convert atau retype. Saya hanya pengin semua penggemar ADBM dapat menikmati serial ini sukur2 sampai seri IV. Nah kebetulan sy udah scan seri I dari jilid 1 - 100, dan siap untuk sy kirim ke Bung Rizal sbg pemilik blog ini, tapi ya nggak bisa sekaligus, contohnya untuk jilid 11 baru sampai hal 25. Untuk hal berikutnya sy tunggu konfirm dari Bung Rizal, dikirim skr or nanti stl urusan retype or convert terpecahkan. Masalah proof, retype aja sy gak sempet apalagi harus proof. Sy percaya aja sama temen2, juga masalah ejaan. Sekali lagi maksud saya kirim scan adalah untuk berbagi, kebetulan aja sy punya.
Demikian, mohon maaf kalau ada yang gak berkenan.
Salam Bang Doel.

Anonim mengatakan...

Trims bang doel atas usahanya, juga mas rizal yang koordinir. usulan nih, hasil scannya di upload aja di rapidshare atau sejenisnya, kalo terlalu berat dari indonesia, saya bisa bantuin upload dari aussie, dijamin sehari aja dah selesai. kebetulan ada teman di jakarta yang mau datang ke melbourne tanggal 22 ini, jadi bang doel bisa titip ke beliaunya untuk disampaikan ke saya. setelah saya upload, linknya akan saya beri ke bang rizal dan bang doel untuk di koordinasikan lebih lanjut. bagaimana?

arte
bangkrut@gmail.com / arte96@gmail.com

Lasipan mengatakan...

Salam,..

Ghirrahnya .. ADBM-wan sungguh sangat menggembirakan para relawan .. tetapi sebelum saya komentar lebih lanjut, saya perlu ralat bahwa GI dan Kris itu dua orang yang berbeda.

Hasil konversi yan bagus adalah kiriman dari bung Kris. Saya sendiri (GI) sudah usaha konversi tetapi hasil mentahnya (tanpa editing) tidak sebaik bung Kris punya. memang saya pernah posting hasil yang relatif sempurna, tetapi butuh waktu editing sekitar 10-15 menit (krn kemampuan edit yg pas2an).
Makanya saya tunggu tanggapan bung Rizal apa hasil saya cukup bisa digunakan? Kalau bermanfaat . bung Rizal/bung Doel bisa kirim semuanya (Gmail nampaknya masih punya space sangat besar). Atau kalau memang dengan sistim pembagian halaman, saya dapat membantu dengan editing sekitar 2-3 halaman/hari.

Wassalam GI

Anonim mengatakan...

setuju usul mas GI
mas Rizal / mas Doelah langsung yg membagi tugas bagi rekan rekan yg mau bantu. terserah pembagiannya langsung 1 buku ataou per halaman.

bensroben@gmail.com

Anonim mengatakan...

waduh udah lama saya tidak bisa online, eeee.... begitu online udah buanyak seri dan buanyaak rekan-rekan yang akan mbantu mas rizal. waduh jadi malu aku mas rizal, soale aku sementara ini gak bisa bantu, tugas ditempat kerja juga buanyak...... maaf banget ya mas rizal dan temen-temen.... tapi kita doakan mudah-mudahan mas rizal dan temen-temen semua mendapatkan pahala karena menyenangkan banyak orang...
bravo ADBM-ers.....

Anonim mengatakan...

Akur utk mas julius-tbt, cuma saja aku kurang setuju klu hrs revisi grammar segala.. mnrt hemat saya, bhs indonesia kan memang gak bisa bener 100%, krn masih terus berkembang sesuai merambatnya jaman. Coba klu kita baca tulisan2 zaman bung karno atau bahkan sebelumnya seperti sastra tempo doeloe yang dirangkum oleh pak Pramudya Anantatur..rasanya kita maklum aja koq, meski gramatikalnya agak lucu...Jadi simpulannya, biar saja seperti apa adanya, itung2 menghormati sang empu SH Mintardja atas karya sastra yang sungguh adiluhung.

Anonim mengatakan...

Wah karena terlalu asyiknya membahas format retype dan caranya mentranslate, sampai lupa neh klo prajuritnya Macan Kepatihan sudah berhadap2an dengan prajurit Sangkal Putung,...

Siapa yang menang ya? Kasihan tuh mereka sudah ngga sabar mau perang,..

Monggo Mas Rizal dilanjut mawon lakone,... Maturnuwun,..

Anonim mengatakan...

setujuu.. monggo dipun lanjutaken,
hujan sudah hampir reda, bayang2 fajar sudah mulai membias ke tanah lapang, dua pasukan sudah saling berhadapan, kapaaan lanjutannya mas rizal? nggak sabbar nih.
semoga semua lancar2 saja.
doa kita semua
amin

Anonim mengatakan...

iyah ya..bolak-balik tak buka cuma nongol angka "60", tanpa mengurang semangat teman-teman yg dikomandani mas Rizal.."sungguh aku jadi penasaran kemana perginya kyai Grinsing pada saat yg genting itu ki sanak?"... he3x

Anonim mengatakan...

ya.. pasti kyai grinsing bantu pasukan untoro karena sedayu & swandaru adalah muridnya.

ditunggu mas... duel kiai grinsing vs sumangkar dengan tongkat saktinya

Anonim mengatakan...

saya nih udah gila kali ya...., hehehehe, tiap hari cuma nge cek angka 60..., kok ga berubah nih..??..
duh ditunggu bgt lanjutannya Mas ....,semoga selalu sehat walafiat....

dewo.

Anonim mengatakan...

wa..wa..wah..
kalo "Dewo" yang rumahnya Kahyangan saja ikutan nyari raibnya Kyai Grinsing..Lah trus gimana yang poro kawula ini..
Memang bisa ditebak (bukan untuk mendahului kersane mas Rizal), brubahnya angka 60 pasti bareng kejutan, kyai Grinsing bakal Mbujuk Ki Sumangkar untuk madep-manteb ikut menegakkan panji-panji perjuangan kraton Pajang, malah konon Ki Sumangkar jadi guru adiknya Swandaru yang "genit" itu dan ia berhak membawa tongkat baja putih milik Tohpati.. pasti tambah suueerruuu...SELAMAT MEMBACA!

maswal mengatakan...

salam buat para pecinta Api di Bukit Menoreh yg sedang berjuang untuk menghadirkan versi digital dari serial tsb.

salut sekali dg semangat rekan-rekan semua, saya pribadi siap sedia jika diperlukan tenaga dan pikiran untuk terlaksananya proyek ini..

btw, untuk mas Rizal....sambil "memikirkan" cara terbaik untuk proyek besar ini, ada baiknya segera diupdate versi selanjutnya,supaya para penggemar tidak kecewa karena bolak-balik lihat angka 60...hehehe

tetap semangat

Anonim mengatakan...

Untoro sejenak termangu mangu, sekilas ditebarkan pandangan matanya menyapu padang rumput di depannya. Tampak ujung2 pedang pasukan jipang yang bagaikan daun2 ilalang tersentuh cahaya matahari yang masih lemah. Sementara derap langkah teratur dan membahana dari pasukan jipang segera menyadarkan Untoro dari lamunannya. Untoropun segera bersiap memberi aba2 pasukannya untuk memasang gelar.
Nah sobat2 itu rekayasa saya ADBM jilid 61, soalnya nunggu sampai stress gak muncul2 nomor 61, mendingan sementara baca yang diatas itu he..he
Mas Rizal, ayo dong..!
Doa kita semua menyertai The Dream Team Of ADBM

salam'
bedhez endhez

Lasipan mengatakan...

Salam, ..
Saya juga merasa ndak enak krn tiga minggu lalu saya kebagian jatah untuk transfer dr jpg formatnya bung Doel. Lebih dr dua minggu lalu saya sdh serahkan hasil transfer kepada bung Rizal & bung Doel. Menurut saya 90% jadi. Hanya sampai sekarang saya belum dapat balasan apakah sudah diterima/tidak. Sekalipun agak menurunkan semangat, saya hanya mengharap mudah-mudahan usaha ini dapat diteruskan. Atau kalau tidak tentunya kami perlu informasi barang sedikit.
Wassalam,
GI

Anonim mengatakan...

Halo semua,
Kelihatannya pasukan converter dan editor belum mulai bergerak nih. Sampai sekarang juga belum ada emial masuk ke saya. Mungkin ke teman-teman lain sudah.

Saya kira semangat dan niat dari para rekan relawan betul ada, mungkin perlu panglima yang bersedia mengkoordinir. Mestinya para relawan masih bersedia mengacungkan pedang eh tangan....

Sekarang rasanya memang lama banget nunggu munculnya 61 ke atas.... Mudah-mudahan Mas Rizal sekeluarga tetap sehat-sehat saja....

Tetap semangat.

Julius - Tbt.

Anonim mengatakan...

Iya mas Julius, mudah2an mas Rizal sekeluarga sehat-sehat saja.

Sama seperti bang GI, saya juga sudah menyerahkan hasil konversi ke mas Rizal. Kalau semua lancar, sebentar lagi pasti Ki Tanu Metir muncul lagi (lha iya, wong salah satu tokoh utama je).

Salam
-kris-

Anonim mengatakan...

Kalau dilihat dari rata2 episode yang Mas Rizal keluarkan adalah Enam episode setiap bulan kecuali Maret (12 episode).

Nah, berhubung bulan Juli sudah 6 episode, maka pertarungannya baru akan dimulai bulan Agustus, hehehe

Just kiding lho Mas'e,... Yang jelas kita berharap esok kan masih ada jilid 61 dan seterusnya,.... Salam ADBM Mania...

Anonim mengatakan...

Teman2, sudah saya kirim semua hasil scan jilid 11 dan jilid 12 (hal 7-51) ke Bung Rizal. Terserah ke beliau untuk distribusinya. Buat Bung GI maaf sudah saya katakan bhw saya tidak sempet kalau harus proof. Saya percaya aja hasil editing temen2. Bagi saya yang penting adalah bisa sharing apa yang saya miliki.
Masalah uploadnya di blog ini, ya sumonggo tergantung pada pemiliknya.
Salam Bang Doel.

Anonim mengatakan...

he.. he... he...
mas rizal ini mirip ki tanu metir aja ya.... disaat penting dan dibutuhkan.... ee belum muncul juga... jangan-jangan diam-diam mas rizal sedang menyusun strategi untuk bikin surprise buat kita semua..
hehe.. bravo mas rizal .....
(papar-persikmania) - maaf buuaangeet neh lama gak online dan gak bisa bantu banyak, coz buuaanyak kerjaan...

Anonim mengatakan...

Bang Rizal,

Gimana nih Mas, Udah kangen nih sama perang tanding Untoro vs Macan Kepatihan.

Thanks Mas.
Tetap Semangat

Doyoks

Anonim mengatakan...

Mas rizal kirim ke aku ko, tapi yang dikirim JPG dan belum dikonvert. Saya coba retype tapi kan gak bisa cepet. Sebagian sudah kirim balik ke Mas Rizal. Tapi kalo harus retype, nyerah deh saya.
Mungkin sekarang Mas rizal lagi mengorganisir file dan pasang strategi. Supaya jangan tumpang tindih diantara para proof reader. Itu pekerjaan admin yang gak ringan. Bisa dipahami kalo uploadnya sementara terlambat. DHE2

Anonim mengatakan...

@ semua
kok aku belum dikirimi ya...
disini dah siap, sesiap lanskar Untara menyambut Macan Kepatihan...

anova@nindityo.com

Anonim mengatakan...

Wah...wis gringingen ki, nunggu perintah maju perang..he...he...he...
Kapan mas Rizal pasukan diberangkatkan?
Semoga aja ndak lama lagi. Jan kangen tenan karo terusane.

Anonim mengatakan...

waah,
Kangen and rindu berat akan kiriman Mas Rizal nih.

Bang Doel, Mas Kris, Mas GI, Mas Dhe dhe, Mas Herry Warsono, dll. Apakah ada kemajuan proses pasukan converter??

Gimana bantu Mas Rizal supaya ngga pada patah semangat nih... Sehari 3 kali sehari juga nengok lho kok masih 60 juga....

Julius - Tbt.

Anonim mengatakan...

Saya sendiri gak tahu. Seri 11 saya terima dari hal 7 sd 25 dlm bentuk jpg. Sampe sekarang saya sendiri blm selesai retype. Beberapa halaman sudah saya usahakan retype. Tapi, terus terang kalo harus retype saya nyerah deh. Selain ke saya, file yang sama juga dikirim ke temen2 lain: gilham, bensroben, julius, doedy, dan kris. Mungkin itu test saja. Setelah itu belum ada lagi kontak. Saya kira Mas Rizal sedang mengkaji cara2 yang efisien. Sebab saya yakin dari test ini terjadi overlapping karena semua orang dikirim file yang sama tanpa pembagian halaman. Tapi, seperti yang disampaikan Mas Rizal sebelumnya, seri 10 mestinya masih menyisakan 2 posting lagi. Apalagi file yang sekarang ada di saya juga belum nyambung dengan posting terakhir.
Kita tiunggu saja perkembangannya. Tapi, agar tidak menimbulkan banyak pertanyaan, sebaiknya Mas Rizal atau Mas Doel bisa menjelaskan perkembangannya. Kita bisa memahami jika memang ada kesulitan teknis.
Kita doakan saja bahwa Mas Rizal dalam keadaan sehat walafiat tak kurang suatu apa.
DHE2

Da Stupid King mengatakan...

Salam....
Jujur saja saya sangat tertarik untuk membantu mas Rizal walaupun saya baru pertama kali ini membaca ADBM. Maklum saya masih termasuk orang yg kurang beruntung karena belum sempat membaca ADBM pada saat diterbitkan oleh Kedaulatan Rakyat. Adakah cara untuk saya agar bisa membantu mas Rizal??

Anonim mengatakan...

Apa tidak ada wartawan atau bagian penerbitan Kedaulatan Rakyat yang lihat Blog ADBM Cak Rizal ya? Pasti klo ada dan mau berbaik hati upload ADBM disini,...res beres semua ya Cak!

Anonim mengatakan...

KR malah gak berani dung. Kan copy rightnya (sejauh yang aku denger) dah dijual ke Indosiar. Kabarnya mau disinetronkan, gimana tuh, dah tayang belum?

Anonim mengatakan...

Bang Doel,
Kalo emang hrs di scann dg resolusi 400 dpi itu bisa memecahkan masalah, saya bisa bantu dg menyediakan External HDD dg kapasitas 500 Gb. Lagi itu saya beli Ext HDD 500 Gb merek Western Digital, lumayan bagus kok, harga nya kira2 1,4 jt. Terus terang saya interesting dg ADBM dan ingin ngikutin ampe abis maka saya pun bersedia sharing kl ada kendala.

Appreciated buat mas Rizal and bang Doel.

Salam.
Arief-Doha

Anonim mengatakan...

kalo di retype per buku kira2 butuh biaya berapa ?
kalo gotong royong 1 orang punya kewajiban meretype/ meretypekan 1 ato 2 buku kan ndak berat juga..
tinggal dibagi aja tugasnya.
bensroben.

Anonim mengatakan...

we..ladhallah rak tenan to.. angka 60 benar2 perlu didaftarkan ke MURI rekor terpanjang dalam penantian..
"Sementara laskar Pajang di bawah Untara dengan semangat bara api untuk mempertahankan setiap jengkal tanah di Sangkal Putung dan Pajang, pasukan Jipang yang dipimpin Toh Pati merasakan hal yang sama..meskipun dengan gemuruhnya dada tetapi dilandasi dengan keserakahan dan dendam. Toh Pati yang telah kehilangan sebagian kiblat perjuangannya meskipun disertai dengan pani-panji kebesaran Jipang, dengan semangat hambar telah memberikan aba-aba perang.."
Sementara di sudut bulak, di sela2 perdu yang rimbun nampak bayangan seorang tua yang mengendap-endap nampak mengikuti perjalanan pasukan Jipang dalam keremangan cahaya matahari pagi"
he3x..nggo tombo kangen..kira-kira gitu lah

Anonim mengatakan...

Sekedar info buat Mas Rizal dan kawan2 penggemar setia blog ini. Saya ingat Mas Rizal berencana mau ngaplod hingga buku 10 semuanya jadi 1 dlm bentuk PDF. Saya baru saja menemukan, rupanya sudah ada orang yang membajaknya dan memPDFkannya (belum diedit sih) hingga seri 60. Aku temukan di webnya "dimhad". Silakan kalau kawan2 mau cek. (DHE2)

Anonim mengatakan...

60 lagi, 60 lagi ...
Mas Rizal, teganya teganya teganya dirimu ...
(bambang)

Anonim mengatakan...

Iya, saya jg inget rencana spt yg disampekan mas DHE2..tapi opo yo mung komunitas ini yang berhak kreatif utk sekedar menampilkan karya silat ADBM (cerita Nagasasra dan laennya bahkan lebih dulu bisa dibaca)..lha opo yo yang laen itu selanjutnya dpt disebut sebagai pembajak "punyanya" mas Rizal sbgmn di web DIMHAD? jng2 mereka jg kreatif seperti komunitas ini..ini sekedar saya sampekan tanpa mengurangi rasa hormat temans jika terpaksa harus mencurigai pihak laen..Salam penuh penantian..

Anonim mengatakan...

"petualanganmu telah berakhir, Tohpati." kata Untara,"Menyerahlah, atas nama pemimpin tertinggi wira tamtama Pajang, aku akan memperlakukan kalian saudara2 dari jipang sesuai dengan paugeran yang berlaku."
"Persetan kau Untara," geram Tohpati,"Perjuangan ini tidak akan pernah berakhir sampai orang terakhir dari kami yang bersetia kepada Adipati Jipang menjadi banten, atau kau yang mulai gemetar melihat kebesaran pasukan kami yang lengkap dengan panji2 dan umbul2 tanda kebesaran kadipaten Jipang?"
"Tentu tidak," sahut Untara cepat,"Aku hanya mencoba menolongmu melihat kenyataan yang semakin tidak bisa kau pungkiri, perjuanganmu tidak lagi berlandaskan niat menegakkan trah pangeran Sekar Seda Lepen, namun orang2mu tidak lebih dari gerombolan perusuh yang meresahkan kawula alit dengan segala polah tingkah yang sudah jauh keluar dari angger2."
"Diam" bentak Tohpati, namun gema suaranya segera tenggelam dalam ricuh berdentangnya senjata yang beradu dan teriakan serta umpatan kedua pasukan yang telah campuh dalam perang brubuh.
Bagaimana Mas Herry Warsono? saya bantu melanjutkan ADBM 61 dari pada nunggu sampai stress.
jangan putus asa, maju teruuus

Anonim mengatakan...

Iya nih Mas Rizal.

Bagai tertelan bumi, Kamana kah engkau gerangan Mas.

Sdh tidak sabar untuk baca Api.

Saya siap juga Mas Bedhez bantu retype.

Thanks
Doyoks

Anonim mengatakan...

Ayo dong siapa lagi yang bisa kasih lanjutannya? Biar ngga penasaran,...

Lasipan mengatakan...

Salam ADBM-er,
Saya masih punya arsip translasi file jpg dr bung Doel yang mungkin dimaksudkan sebagai bagian 61-62. Dalam ketiadaan respons bung Rizal, ingin sekali saya post hasil tsb. Saya ikut merasakan dahaga pembaca ADBM yang kelimpungan karena membaca ADBM memang membuat ketagihan. Saya sendiri belum mau baca hasil translasi saya karena ingin menikmatinya via posting di blog ini.
Sambil menunggu posting bung Rizal saya sudah meminta bung Doel supaya mengirim sisa file jpg yang belum ditranslasi agar selanjutnya lebih mudah/cepat dipost, tetapi nampaknya bung Doel juga agak keberatan tanpa OK bung Rizal.
Niat saya hanya membantu di blog adbm ini, tetapi ketiadaan respons bung Rizal saya anggap kurang fair karena bagaimanapun kita telah menyisihkan sedikit waktu dan tenaga untuk itu. Saya masih tetap menunggu respons dari bung Rizal.

Salam,
GI

Anonim mengatakan...

tenang dulu...bung rizal mungkin lagi punya kendala yg tak bisa disampaikan..

Anonim mengatakan...

hua-ha-ha.., ternyata klu terpepet bisa kreatif juga gitu loh..sedikit-sedikit mengalir "ruh"-nya sang empu SH MINTARDJA dengan imaginasi sendiri.. mgkin nek diklumpukke bisa jadi buku, setuju nggak mas bedhes endhes? bgmn klu klumpukan crito karangane dhewe diberi judul "API DAN BARA DALAM PENANTIAN "? Mungkin juga tokoh "jahat"-nya ditambah satu nama yg lagi ngetrend, yaitu "Ryan" dng ilmunya "kwanda juing" spesialis pembunuh berantai..Hii suereem kali ya?

Anonim mengatakan...

Alap Alap Jalatunda tidak habis pikir, dari mana Agung Sedayu memperoleh kemajuan dalam olah kanuragan sedemikian pesat. Terasa masih baru kemarin dia mengejar ngejar anak muda itu yang melarikan diri dari rumah Ki Tanu Metir dan bersembunyi dengan merendam diri disungai. Kalau tidak ada manusia bertopeng yang aneh itu, tentu Agung Sedayu tidak akan berdiri didepannya sekarang ini sebagai lawan. Namanya akan menjadi bagian dari salah satu korban keganasan Alap Alap Jalatunda.
Namun Alap Alap Jalatunda tidak sempat berangan angan lebih panjang lagi ketika ujung pedang Agung Sedayu hampir saja menggores lambungnya. Dengan cepat digeser tubuhnya setapak kesamping, ketika pedang lawannya menyambar satu jengkal dari lambungnya, dengan cepat pula dicondongkan tubuhnya kekiri dan hanya dengan bertumpu pada kaki kirinya yang ditekuk rendah, kaki kanannya menyambar deras kearah pertahanan kaki Agung Sedayu.
Tentu saja Agung Sedayu tidak akan membiarkan kakinya ditebas oleh kaki lawan. Dengan tergesa gesa salah satu kakinya ditarik satu langkah kebelakang, demikian tubuh lawannya yang setengah berjongkok itu berputar, Agung Sedayupun meloncat sambil mengayunkan pedangnya kearah leher lawannya.
Alap Alap jalatunda terkejut. Tidak ada kesempatan baginya untuk memperbaiki kedudukannya. Yang mampu dilakukan hanyalah menjatuhkan diri berguling kebelakang kemudian dengan cepat melenting bediri diatas kedua kakinya dengan pedang menyilang didepan dada siap untuk menerima serangan lanjutan dari lawannya.
Namun Agung Sedayu tidak mengejar. Sebenarnya dia mempunyai kesempatan untuk bergerak memotong arah bergulingnya lawan dengan tebasan pedangnya. Yang dilakukan justru berdiri termangu mangu memandangi lawannya yang telah tegak berdiri diatas kedua kakinya yang kokoh.
Justru Alap Alap Jalatundalah yang kemudian menjadi heran. Dia dapat merasakan beberapa kesempatan yang dimiliki Agung Sedayu pada saat dia dalam kesulitan, namun Agung Sedayu selalu tidak mempergunakannya dengan sebaik baiknya. Kalau hal demikian itu ada pada dirinya, tentu lawannya sudah sejak tadi terkapar tak bernyawa.
Dalam pada itu, Agung Sedayupun dihinggapi perasaan keragu raguan tentang kemampuan lawannya. Menurut pengamatan dirinya, lawannya adalah orang yang namanya sangat ditakuti disekitar Jati Anom. Siapakah yang tidak mengenal Alap Alap Jalatunda. Dengan hanya menyebut namanya saja, sudah bisa membuat lutut gemetaran, apalagi sampai berselisih jalan dan membuat persoalan yang berujung pada perkelahian. Sudah dapat dipastikan bahwa yang berani berbuat demikian hanyalah orang orang yang mencari mati.
Namun kenyataan yang dihadapinya sekarang ini adalah sangat lain sekali. Terasa baginya bahwa Alap Alap Jalatunda hanya sekedar bermain main saja. Tidak ada serangan maupun gerakan yang dapat mengejutkan dirinya. Berbeda dengan saat dia berlatih bersama pamannya Widura, atau kakaknya Untara. Mereka berdua kadang kadang membingungkannya dengan serangan serangan beruntun dan gerakan tipuan walaupun hanya dalam latihan, bukan perkelahian yang sesungguhnya, namun hal itu sudah dapat dijadikan bahan perbandingan dengan lawan yang sedang dihadapinya sekarang ini, Alap Alap jalatunda.
Mas Herry Warsono yth, mohon berkenan melanjutkan, nggo tombo kangen ADBM61. apa kira2 masih lanjut atau sampai disini aja? tentu banyak teman2 yang kecewa termasuk saya. Mohon Mas Rizal menanggapi, biar hati ini plong.
Trims

Anonim mengatakan...

Makasih Mas Bedhez, ini ibarat sepercik air pemuas dahaga buat kita-kita (terutama saya) yg sedang cemas menanti kelanjutan perang yang masih dihold ini..

Kita senantiasa tetap mendo'a kan semoga Mas Rizal tetap sehat wal afiat dan dilancarkan segala urusannya agar bisa kembali berada ditengah-tengah kita.. Amin.

Anonim mengatakan...

Buat teman2. Sekedar usul, sementara menunggu Mas Rizal muncul, bagaimana kalau kita sambung saja kerja ini dengan menampilkannya di blog lain. Saya bersedia membidani. Nanti kalau Mas Rizal sudah aktif kembali, blog anyar bisa dinonaktifkan atau tetap aktif tetapi ada jalinan secara sinambung dengan blog Mas Rizal. Misalnya, sementara blog Mas Rizal menampilkan seri 71-80, blog anyar menyiapkan seri 81-90, dst. Cuma masalahnya saya gak ada bahan mentah. Kalau Mas Doel bisa share bahan mentahnya, maka kita bisa keluar dari kebuntuan ini. Sekedar gambaran: koneksi internet saya berkecepatan tinggi dan saya bisa akses baik dari kantor maupun rumah. Gimana temans? (DHE2)

pasingsingan mengatakan...

mas doel bisa bagi langsung tugasnya..
siap bantu...

Anonim mengatakan...

Aduh sara rasa saya sudah terlalu lama menunggu kelanjutan kisah ADBM nya. Padahal sedang seru-serunya lho. Tolong dong biar saya tidak penasaran. Hidup ADBM

Anonim mengatakan...

Rasanya usulan Mas Dhe2 ada baiknya tuh di follow up.... Dalam kondisi darurat seperti ini, memang perlu di backup tugas2nya Mas Rizal yang semakin berat dengan bertambahnya komentar2 di episode 60 ini, hehehehe,... piss..

Ok Mas Dhe2, sebagai penikmat ADBM saya dukung usulannya.

Pastinya dibelakang Anda akan ada Rekan2 kita lainnya yg siap membantu.. Sambil menunggu Mas Rizal kembali ke padepokan ini..

Salam Aulianda for ADBM Mania..

Anonim mengatakan...

Usulan Mas DHE2 kelihatannya bisa dijadikan obat alternatif, mengingat sudah banyak jatuh korban virus ADBM, tentu saja itu perlu restu Mas Rizal yang telah bersusah payah mengawali digitalisasi cerita ADBM. Sekedar tambahan usul, di blog yang baru nanti mungkin disiapkan juga para pemula yang ingin meniru jejak langkah sang Empu SH Mintardja, belajar mengolah kata yang tidak seberapa untuk bisa di upload. Siapa tahu ada yang berbakat menjadi penerus Sang Empu.
Trims

Anonim mengatakan...

ADBM-er dalam penantian,
Waah ma kasih atas kesediaan Mas Dhedhe untuk mencari jalan keluar. Menurutku jalan keluar yang ditawarkan amatlah bijak. Karena tetap meletakkan blog yang dipelopori Mas Rizal ini sebagai induknya.
Pun pula Mas Dhehe bersedia untuk kerja mewujudkan agar buah-buah moral seta keindahan crita ini semakin bisa dinikmati banyak orang. Bahkan mungkin juga generasi kita selanjutnya ntar. Pastinya banyak anggota pasukan yang bersedia membantu. Kalau ada yang bisa saya bantu, saya juga menyediakan diri. Ada banyak yang mau urun rembug, urun waktu dan juga keahlian kan. Ada mas Kris, Mas Herry, Mas GI, Mas Bedhez, Mas Benzroben, Mas or Mbak Aulianda, Pasingsingan lsp, dst., dst.

Kita mohonkan kerelaan dan kesediaan Mas Rizal dan Band Doel yang juga empunya bahan-bahan mentah untuk mengungkapkan pendapatnya.

Selain Kiai Gringsing yang dirindu orang se Sangkal Putung ada juga Mas RIzal yang juga ditunggu dan dirindu oleh banyak pecinta ADBM.

Salam penantian,
Julius - Tebet.

Anonim mengatakan...

lha.. klu saya akur sama mas Bedhez dan mendukung banget mas Dhe2, dng catatan ini skedar buka kran kebuntuan di tengah2 penantian yg tak kunjung dtg..
misteriusnya mas rizal, sama dng Kyai Grinsing mdh2an kesaktiannya jg seperti itu..dlm menghalau setiap musuh dan sgr melanjutkan "jurus" ADBM pada tataran lebih tinggi dari jurus ke-60..
mas Bedhez, mhn maaf saya blm dpt "inspirasi" utk lanjutkan cerita API DI BUKIT PENANTIAN versi mas bedhez itu..tapi "top margotop" deh mas..!

Anonim mengatakan...

Jadi terharu atas tanggapan dari Mas Julius..

Ok Deh kalau memang demikian adanya, saya mulai saja ikutan retype dari no. 88 - 99, jadi pas waktunya nanti siap saya support ke blog mana urutan selanjutnya. Tinggal atur saja... Ayo, Rekans ADBM .. kita segera pecahkan kebuntuannya,..

Salam - Aulianda..

Anonim mengatakan...

http://adbm2.wordpress.com/
Buat para ADBMers, seperti saya bilang saya bersedia membidani ADBM lanjutan untuk sekedar mengatasi kebuntuan. Mas Rizal sudah bekerja keras hingga buku 10. Buku 11 mulai halaman 7 (itu yang ada pada saya), sudah saya uplod di http://adbm2.wordpress.com/
Klik di Archives. Sedikit demi sedikit uplodnya biar tidak cepat lelah. Jika terasa ada ketidaksinambungan dengan ADBM 60, maka harus dipahami bahwa buku 10 memang belum selesai. Masih menyisakan ujung ekor.
Saya minta kesediaan Mas GI atau Mas Kris atau siapa saja yang sudah mengkonvert JPG ke teks untuk mengirimkannya ke saya.
Seperti sudah saya sampaikan sebelumnya, saya tidak mempunyai bahan mentah. Jadi, bagi yang punya silakan disharing. Terutama kepada Mas Doel, mohon kiranya bahannya bisa disharing. I really beg you. Yang ada pada saya hal 7-25. Jika tak ada yang mau sharing, maka ... aku tak tahu lagi.
(DHE2)

maswal mengatakan...

wahh...saya setuju banget kalo ada yg mau upload Bab 61 keatas di blog lain, sambil menunggu penampakan mas Rizal lagi...

blog itu sifatnya temporary,untuk jaga-jaga saja kalo kejadian seperti ini terulang lagi...

saya rasa nggak perlu tampilan yg terlalu njlimet...yg penting bisa dibaca aja...

salam AdBM

Anonim mengatakan...

Para ADBM-er, ju2r saja saya wis mblenger liat angka 60 yg tiap saat tak tengok dan tak jua bergeming sdkt pun..he3
Mdh2an atas budi baik para aktifis utamanya mas dhe2, mas julius, mas doel, mas bedhes dlsb, retype tsb dapat sgr terwujud..
Rasanya "dosa" klu saya gak ikutan aktif, tapi niat yg sdh lama ini selalu saja ada halangan, jd utk sementara ya..cukup menyemangati lwt komentar2, mdh2an bermanfaat adanya.
Teriring doa dr lubuk hati terdalam, smg mas Rizal tak ada suatu halangan yg berarti, selalu sehat, selalu semangat, dan selalu dalam Lindungan Allah SWT..Amien Ya Robal Allamin..

encess mengatakan...

Maz Rizal & penggila ADBM Yth.,
Membaca diskusi ini saya jadi penasaran......
Kalau boleh, saya minta contoh file mentah/ hasil scannya dung... syukur dari buku yang belum di upload. Siapa tahu saya bisa bantu-bantu.
salam hormat,

Anonim mengatakan...

ADBM BUKU 11.
UNTUK MENGISI KEKOSONGAN, BUKU ADBM 11 KUNJUNGI: http://adbm2.wordpress.com/
(DHE2)

Anonim mengatakan...

Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada Mas Rizal selaku owner dari Blog ini, dimohon dengan sangat untuk dapat menyampaikan sepatah dua patah kata guna menjawab kecemasan dari para pecinta blog ini.

Mungkin bisa dishare sedikit kesulitan dan halangan nya selama ini karena sampai dengan hari ini sudah hampir 1 bulan lho blom juga diupdate nomor seri kelanjutannya.

Terimakasih, Mas Rizal,...

Anonim mengatakan...

tenannggggggggggggggg brur..
... eh kasus Ryan itu kapan ya munculnya????...
duh udah deg deg an aja...., hehehe
takut aja ...jangan2 udah di jombang..

(sorry becanda mas..).., abis lama banget ga ada kabar nih....
... udah pada kebelet nih...

dewo

Anonim mengatakan...

Mas Rizaaalll...?
Apa kabarnya nih?
Teman2 udah pada teler kehabisab obat tuh. hehe

Anonim mengatakan...

ADBM selanjutnya, kunjungi:

http://adbm2.wordpress.com/

(DHE2)

Anonim mengatakan...

Dear Mas Rizal,

Terima kasih mas atas konstribusinya selama ini sehingga saya dapat membaca cerita kesukaan saya yang sudah lama saya idam-idamkan.

Semoga dengan adanya bantuan dari Mas DheDhe dkk semua halangan dapat teratasi.

Thanks
Doyoks

Anonim mengatakan...

buat ADBM-er..
Alihkan chanel bloger (untuk sementara) ke adbm2.wordpress.com supaya komunikasi bisa nyambung, utamanya bg para aktifis2..
skdar info: nyuwun sewu.., mas DOEL ditunggu mas DHE2 dan mas GI di bloger tsb utk satu-dua hal teknis retype..
Nyuwun sewu mas Rizal..

Anonim mengatakan...

ADBM-ers,
ADBM2 hanya channel sementara untuk membantu mengatasi kekosongan. Silakan dinikmati, tetapi tidak perlu boyongan dari channel ini. Bagaimanapun Mas Rizal telah berjasa besar memulainya. ADBM2 hanya punya amunisi sampai hal 25 saja (1-2 kali post lagi). Mudah2an segera setelah amunisi habis, Mas Rizal sudah muncul kembali. Dengan senang hati saya sendiri akan membantu beliau. Mas Rizal, WE MISSED YOU REALLY. BANG DOEL ... WE BEG YOU.
(DHE2)

Anonim mengatakan...

SETUJUUUU.....

Anonim mengatakan...

Buat ADBMers yang tidak mau capek ngumpulin file, Kumpulan ADBM dalam file doc sampai posting ke 56 dapat diunduh di sini nih: http://bupun50e.multiply.com/reviews
(DHE2)

Unknown mengatakan...

Apakah Blog ini sudah ditinggalkan oleh Empu nya??

Anonim mengatakan...

jangan dunk..jangan ditinggalkan..!
blok ini saya usulkan tetap sbg acuan utama, sementara mas Rizal masih "misterius" blog ADBM2 (versi mas DHE2) sebatas untuk tombo kangen saja..
mas Rizal..oh mas Rizal..(mdh2an saya nggak kedanan "sesama" jenis, seperti yg lagi trendi) saya mohon berkenan berikan respon tuk lanjutkan misi yg adiluhung ini..
salam Merdeka..!

Anonim mengatakan...

Teman-2 janganlah berprasangka buruk lebih dulu.
Seperti yang pernah terjadi, dulu mas rizal juga pernah lama ngga nongol, kirain sakit, eh ternyata lagi tugas luar kota cukup lama.
Jangan-2 saat ini juga demikian atau malah lagi sakit beneran atau ada kerepotan lain. Saya yakin kok mas rizal akan tetap melanjutkan ADBM, cuma saat ini kita ngga tahu apa yang jadi kesulitannya.
Mari kita sama2 berdoa agar mas rizal cepat kembali dari tugas dengan selamat, atau jika benar2 sakit semoga diberi kesembuhan dan kekuatan. Amien.
Doa kita harus tulus, jangan hanya karena ada pamrih ada lanjutan ADBM saja. Sehingga kita dapat menjadi teman-teman sejati baginya.

Anonim mengatakan...

Barangkali Mas Ubaid punya # HP untuk mengontak Mas Rizal dan mengetahui keadaannya???
Mas Rizal, Aku rindu padamu
(DHE2)

Anonim mengatakan...

Aduuuh,. lupa klo Mas Rizal blum update blog ini,.. Kenapa saya balik lagi.. balik lagii..? sehari 6x ??

Mas Rizal plissss....

Anonim mengatakan...

Dear Mas Rizal, Mas Ubaid, Mas Doel dan other ADBM lovers,

Banyak yang mendoakan, merindukan dan menantikan kemunculan Mas Rizal. Ada yang mulai heran dengan diri sendiri karena 6 kali tengok tapiposting ga kunjung berubah. Ada yang mulai ga sabar. Ada yang sudah mencoba memberi jalan keluar dan mendapat sambutan hangat.....

Siapakah yang punya akses ke Mas Rizal dan Bung Doel? Kalau ga salah 3-4 bulan lalu Mas Ubaid pernah kontak-kontak dengan Mas Rizal. Bahkan Mas Rizal dengan hati besar pernah rela dan bersedia copy darat ke Dunkin Donat Tebet, cuman sayang ga sepenuhnya sukses.

Aku ingat waktu itu Mas Ubaid dikasih obat penenang khusus ketika kena sakaw. Tul ngga mas Ubaid? Kalau ada akses ke mas RIzal pls deh ya kontak beliau.

Segala doa buat Mas RIzal semoga tetap sehat-sehat selalu, dan ada kelegaan waktu dan hati menggembirakan hati banyak orang.

PS. Aku sendiri masih coba menaruh harapan untuk selalu tengok blog ini. Paling tidak komunitas pecinta ADBM masih hidup dan menanti terus....

Julius - Tebet.

Anonim mengatakan...

Mas Rizal......

I miss you.
Kemanakah engkau gerangan.
Walaupun sudah ada ADBM2, situs kamu selalu kubuka.

Kalau dihitung hampir setiap 1/2 jam saya refresh situnya cersiljawa.blogspot

Dan kadang-kadang walaupun serinya belum nambah pasti saya baca komentarnya.

By the way, Thanks selalu untuk Mas Rizal.

Lebih-lebih Mas Rizal kasih coment ke kita, biar kita lega.(kayak artis aja ya commentnya ditunggu2)

Thanks
Mas Rizal

Doyoks

Anonim mengatakan...

Waah.. kalo dulu saya jadi copy darat di dunkin, pasti no HP mas rizal udah dapat. Cuman sayang dulu gagal.
Mas DHE-2/Julius..coba kita kontak via email aja, seandainya benar mas rizal lagi ga bisa akses internet, barangkali email bisa langsung diterima via hp

Anonim mengatakan...

Kalau segala usaha kita masih tetap gagal, saya akan coba hubungin tim termehek-mehek untuk cari alamatnya Mas Rizal ,.. hahahaha... piisss (lagi diinfus gara2 sakaw ngga baca sebulan lebih...)

Salut untuk teman2 yang masih setia dan selalu berupaya untuk kemajuan blog ini..

Salam,

lurah basman mengatakan...

Seandainya buku ADBM dibawa ke saya, aku scanin pakai ABBYY FineReader dan hasilnya sempurna + aku upload disini he..he... sayang aku hanya menunggu upload an temen2. dan nggak bisa membantu

lurah basman mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
THAPHE mengatakan...

untuk tombo kangen, gak masalah adbm2'2.wordpress. Tidak ada rotan akar pun jadi.

Anonim mengatakan...

Buat penggemar ADBM tercinta, skedar sampaikan info bhw cersil ADBM memang tidak pernah dpt diselesaikan oleh penulisnya (SH MINTARDJA), krn beliau kburu sakit2an dan akhirnya meninggal dunia. Jadi biarpun cersil ini diteruskanpun pd akhirnya cerita ini akan berakhir tanpa penyelesaian. Demikian skedar info n salaam. Glagah Putih 45 thn

Anonim mengatakan...

ok mas glagah putih...
tapi 300 buku itu kan masih lama...
ini baru buku ke 10..

yg sekarang kan belum sampe akhir cerita yg di filem

masih dinanti kelanjutannya

mas rizal... salam kangen dari pecinta adbm

pasingsingan

Anonim mengatakan...

Anonim Anonim berkata...

Bung Rizal, trim atas usahanya.
Sudah saya katakan bahwa saya udah scan semua jilid 1 - 100 dengan resolusi seperti yang saya kirim.

Kalau nggak keberatan mas, kirim aja ke email saya lurah_basman@yahoo.com, saya akan bantu. dg hasil scan menjadi text. Ok mas

Panjikoming mengatakan...

Saya juga sangat tertarik untuk ikut partisipasi sebisa saya agar ADBM yang terhenti bisa dilanjut.
Insya Allah meski sederhana saya ada alat2nya baik soft maupun hardwarenya yang dibutuhkan untuk mewujudkan keinginan kita sekalian. Dan Insya Alloh saya punya cukup waktu karena gawean saya hanya nongkrong sepanjang hari di depan komputer alias pengangguran.
(nuwun sewu sakderengipun dene keladuk wani kurang kadugo)

Anonim mengatakan...

halo mas rizal, sy jg seorang pemilik waktu yg banyak. klw mas rizal ato rekan2 ada bahan yg bisa dikirim ke sy, demi cepat terselesaikannya kisah ini, maka sy dengan senang hati akan menerima dan bahkan mengetiknya ulang. ada rekan yang mo kirim format jpegnya ke sy?

orel
joni_garang@yahoo.co.id

Anonim mengatakan...

setelah diubek2 dimana-mana situs Api di Bukit Menoreh berhenti sampai jilid 60, berarti emang dari satu sumber, dicopy, trus bikin situs sendiri dari hasil copian tsb. Sedang sumbernya cuma 60, ya otomatis berhenti juga.
Jadi jangan harap bertambah

Anonim mengatakan...

Mas Rizal, jumlah comment kawan-2 kita udah hampir mencapai yang ke 100 nih. Dengan comment saya berarti yang ke-99, satu lagi udah ke-100.
Jangan2 mas rizal nunggu stetlah lewat ke-100 baru keluar postingannya.

Anonim mengatakan...

puyeng ndasku
396 bh buku dg harga Rp.2.500.000,-
nunggu gratisan suwe banget ha..ha..

Anonim mengatakan...

Teman2
Marilah kita sejenak merenung dan mencoba menarik benang merah antara dua peristiwa yang terjadi bersamaan (kebetulan mungkin) yaitu misteriusnya mas rizal dan hebohnya kasus "Ryan". Saya tidak berani spekulasi, tapi benar2 takut seandainya ada benang merah antara kedua peristiwa tsb. Marilah kita berdoa dalam setiap sholat kita semoga mas Rizal selalu dlm lindungan Allah swt. Amin.

Salam ADBMers

Harry Panca mengatakan...

Hehehe... Sharing donk.. semuanya utk bersatu. coba siapa yang punya waktu utk :
1. Menyediakan Situs Pengganti
2. Kulonuwun sama mas Rizal kalo
ceritanya di copy ampe seri 60
3. Siapa yg menyediakan data utk
seri selanjutnya buat di post
4. Beres tho...
5. Kok pake nunggu ?

Anonim mengatakan...

Sebenarnya, jujur saja saya juga sepaham dng mas Bedhes (pake "z"?), bahkan pernah saya usulkan ceritanya dibuat sendiri dengan tambahan tokoh antagonis: RYAN..? Maksud saya sekedar memberi Brand storming ttg kasus Ryan, meskipun saya nggak tega utk mengatakan spt itu..Skr saya jelaskan soalnya misteriusnya mas Rizal bersamaan waktu dengan merebaknya kasus Ryan..Tapi opo yo begitu?
Nah sklgus ikut meramaikan opininya mas Bedhes ttg hal yg sama.. tapi md2an tidak terjadi dengan apa yg saya sangkakan ini.. temans, meskipun spintas dugaan saya ini rada2 mengada-ada dan nyleneh, tapi nggak menutup kemungkinan klu hal itu terjadi, smg saja Tuhan masih melindungi, menyayangi, memberikan kesehatan, dan dapat dipermudah sgl urusan..Amien..

Anonim mengatakan...

lama-lama mas rizal ini akan menjadi tokoh-tokoh legenda yang hilang secara misterius, kayak supriyadi, atau tokoh hero lain macam bruce lee,.... he he....
ok mas rizal kita tetep setai menunggu kok.....

Anonim mengatakan...

Iya, jika seandainya saat Ryan di interogasi oleh polisi bawa2 nama kyai gringsing, untara, berarti benar Ryan adalah,....
Penggemar ADBM juga,.. hehehehe

Mungkin Mas Rizal harus melewatkan dulu bulan Agustus ini karena sesuatu hal. Misalnya mengenang jasa pahlawan...Ah, apa hubungannya..??

Blognya mas Dhe2 sementara ini vakum.Disini juga. Ya udah, blog ini buat kumpul2 para penggemar aja deh,.. hehehe

salam, Aulianda...

Anonim mengatakan...

Teman2 karena belum ada lanjutan ADBM lagi dan mas DHE2 blm dpt kiriman bahan bakunya, gimana kalo kita nikmati aja "Api di Bukit Penantian". selamat menikmati

Sejenak kemudian, Sidantipun semakin mempercepat serangannya. Ujung pedangnya serasa semakin dekat dengan kulit delapan orang prajurit jipang yang mengeroyoknya. Demikianlah akhirnya terdengar keluhan tertahan disertai dengan sebuah umpatan yang kotor ketika ujung pedang Sidanti menggores lambung salah satu prajurit jipang. Walaupun goresan itu tidak terlampau dalam, namun karena tempat yang terkena goresan adalah bagian tubuh yang lemah, darahpun segera terpancar dari luka yang menganga. Dengan mendekap erat lambungnya, orang itupun berusaha bergeser dari arena perkelahian. Setapak demi setapak dia terhuyung dan akhirnya jatuh tertelungkup tidak bisa bangkit lagi.
Tundun menggeram sambil menggeretakkan giginya. Dengan sebuah lompatan panjang dia berusaha memotong gerak Sidanti yang melontar kesamping kiri menghindari tebasan pisau dapur Bajang. Sementara dua orang prajurit jipang yang lain berusaha menggapai sejauh mungkin tubuh Sidanti dengan menjulurkan pedangnya lurus kedepan dari arah meluncurnya Sidanti.
Sidanti tersenyum menyambut serangan beruntun ini. Dengan sedikit merendahkan tubuhnya, dua ujung pedang yang akan merobek punggungnya lewat sejengkal diatas kepalanya. Ketika tebasan pedang Tundun sudah tinggal sejengkal pula dari dadanya, dengan cepat dimiringkan dadanya dan dengan gerakan yang hampir tidak kasat mata, ujung pedang Sidantipun menerobos menggores pangkal lengan Tundun.
Terdengar pekik kemarahan dan cacian dari mulut Tundun. Dengan tangkas dia meloncat surut beberapa langkah. Pandang matanya nanar mencari lawannya yang telah berhasil melukai pangkal lengan kanannya. Luka itu terasa perih dan menyengat sehingga rasa rasanya lengan kanannya menjadi lumpuh.
Sementara itu, Sumangkar yang telah mendengar keributan perkelahian dengan ragu ragu mendekat. Ditebarkan pandangan matanya ke arah perkelahian. Seseorang telah terbaring tertelungkup, kemudian Tundun yang berdiri termangu mangu dengan tangan kiri mendekap erat pangkal lengan kanannya. Tinggal enam orang sisanya yang bertempur melawan Sidanti. Agaknya Sidanti akan segera memenuhi janjinya untuk bertempur dengan lima orang saja, kalau saja sudut matanya tidak menangkap bayangan seseorang yang mendekati perkelahian dengan langkah satu satu.
Sebersit keragu raguan muncul dibenak Sidanti. Rasa rasanya dia mengenal orang itu, orang tua yang sederhana dengan sebuah parang pembelah kayu ditangannya. “Gila”, geram Sidanti dalam hati, ”Ternyata murid kedua dari perguruan kedung jati itu tidak ikut ke pertempuran bersama Tohpati, lalu apa pula kerjanya disini?”
Ketika Sumangkar tinggal beberapa langkah dari arena perkelahian, Sidantipun tidak dapat menahan diri lagi. Dengan sebuah lompatan panjang, dia surut kebelakang. Lawan lawannya tidak memburunya, karena mereka tahu itu tidak akan ada gunanya. Bahkan mereka sangat bersyukur dapat sejenak mengatur nafas mereka yang berkejaran keluar masuk lewat lobang hidung.
“Selamat pagi, paman”, sapa Sidanti ramah, “Apakah paman merasa berharga untuk ikut bermain bersama anak anak ini.”
Sumangkar tersenyum, jawabnya pelan, “Tentu tidak Sidanti, aku hanya ingin tahu, apakah engkau sudah tidak perlu bantuan gurumu lagi, sehingga engkau memberanikan diri datang kesini sendirian?”
Sidanti tertegun, dipandanginya Sumangkar dari ujung rambut sampai kaki, seolah olah dia ingin meyakinkan seberapa kekuatan yang tersimpan di tubuh yang tua itu. “Aku yakin guru pasti dapat mengatasinya.” Desisnya dalam hati. “Seandainya malam itu Tohpati tidak dengan licik memanggil pasukannya, mereka berdua tentu tinggal namanya saja yang dikenang oleh orang orang jipang.”
Namun Sidanti tidak menjawab sepatah katapun dari pertanyaan Sumangkar. Yang dilakukannya justru melangkah surut beberapa langkah lagi, kemudian sambil berpaling pada sebuah gerumbul dibelakangnya dia berkata,”Guru, apakah permainan ini perlu dilanjutkan setelah paman Sumangkar hadir disini?”
Tidak segera terdengar jawaban. Gerumbul itu masih diam, tidak ada tanda tanda seseorang bersembunyi didalamnya.
Tiba tiba mereka dikejutkan oleh sebuah siulan nyaring beberapa tombak dibelakang Sidanti. Siulan itu berulang lagi tapi jaraknya sudah jauh berpuluh puluh tombak dari tempat sebelumnya. Agaknya Sidanti memahami arti siulan tersebut. Segera tubuhnya bergeser dengan cepat kemudian meloncat lenyap ditelan gerumbul gerumbul liar sambil berteriak, “Maaf paman Sumangkar, aku tidak ada waktu lagi untuk bermain main dengan anak anak jipang, guruku memanggilku.”
Seiring dengan lenyapnya gema suara Sidanti, medan perkelahian itupun menjadi sunyi. Mereka tidak segera tahu apa yang mesti diperbuat. Kedatangan Sidanti dan mungkin juga diikuti oleh gurunya ke sarang prajurit jipang benar benar telah menggoyahkan keyakinan mereka selama ini bahwa prajurit parajurit jipang adalah prajurit yang tak terlawan. Tapi ternyata hanya dengan seorang diri saja Sidanti sudah dapat merepotkan para prajurit jipang. Yang lebih membingungkan mereka, terutama Tundun adalah Sumangkar, juru masak yang mereka kenal sangat pemalas itu agaknya dikenal oleh Sidanti, bahkan menurut pengamatan mereka yang hanya sekilas, agaknya Sidanti ketakutan sehingga meminta perlindungan gurunya, Ki Tambak Wedi. Sedangkan Ki Tambak Wedipun kelihatannya segan berurusan dengan Sumangkar.

Buat mas Herry Warsono, dari dulu namaku memang pake Z.
Buat teman2 tetap semangaaat

Anonim mengatakan...

Lumayaan,...tombo kangen...

Terimakasih Mas Bedhez,. semoga besok tetap sehat wal afiat sehingga bisa melanjutkan lagi ceritanya,..

Anonim mengatakan...

ayo2 yang punya bahan nulis apa aja deh. banyak pahalanya lho. lanjutin kisah ini, sy dah berkali2 membaca ulang sampe jilid 60. (bener 60 jilid ya? or bagian?)dah mulai apal. so yang punya bahan bisa nulis di komentar. bwt mas Rizal, qta tunggu kesediaannya berbagi...

Anonim mengatakan...

Mas RIzal, Mas Doel dan ADBMers.
Blog Mas RIzal ini masih ngangeni.
Setiap hari masih ditengok berkali-kali.
Meski makin hari harapan untuk lihat no 61 makin tipis.
Tapi ga disangkal sudah terjadi komunitas yang akrab di sini. Bahkan sekedar membaca komentar-komentarpun seakan dengerin teman-teman lama.
Mas Rizal masih kita tunggu, sambil nunggu mungkin akan muncul adik dari blog ini nanti ya.....
Maafkan kalau sekarang blog ADBM ada adiknya juga.....
Mas Doel, tindak pundi kok ga pernah muncul lagi juga?

Mudah-mudahan hanya karena sibuk semata sehingga tidak sempat muncul ya...

Sebisa mungkin blog ini terus dihidupkan....

Wassalam,
Julius. Tbt.

Unknown mengatakan...

Jangan2 ADBM jg sdh jd fenomena alam (kya kasusu lapindo yg dinyatakan pemerintah fenomena alam karena pemerintah gk pengen nyelesaiin), smua yg nulis ADBM hilang..
Penulisnya gk ngerampungi, yg nyadur lewat blog gk ktauan rimbanya, yg mo nerusin blog II jg gk nyambungin lg, smuanya berhenti... So pasti ini fenomena kan..
Sampai2 ada spekulasi Mas Rizal sama kasus Ryan sgala...
tp lama2 blognya Mas Rizal ini jd seru jg, dah jadi forum sendiri..

Unknown mengatakan...

Disini jd bisa tambah teman.. Saya sendiri malah dapet cerita Sayap2 yg terkembang dari Mas Ubaid, stlah sekian lama nyari seri2 awalnya karena di Kedaulatan Rakyat skarang ini cuma ada seri 800an keatas..
Mas Ubaid masih ada lg gk lanjutannya yg seri 400an sampe 800??

Anonim mengatakan...

dear para adbm lovers..,

punya usul neh., gimana kalo kita patungan duit buat beli koleksian adbm yg lengkap.., kalo saja pencinta/penikmat adbm blog ini sekitar 250 org, dan sukarela patungan 10rb aja, maka adbm lengkap seharga 2,5 jt bisa kebeli tuh..,
dan tinggal dibagi2 aja buat nge scan atau retype...,sehingga bisa dinikmati oleh kita semuaaaa..,

Kalau tokoh2 senior pedepokan blog ini ( mas ubaid, mas Dhe2, bang doel )berkenan dgn usul saya ini mohon utk bisa ditindak lanjuti..,

saya yakin murid2 pedepokan blog ini percaya dan ikhlas menyumbangkan sedikit dana untuk kepentingan bersama...;D

-benk-
ygselalusetiamenanti....

Anonim mengatakan...

Temans yang masih setia mengunjungi blog ini, sambil menunggu pasukan adbm2 bergerak, tak ada salahnya kita nikmati yang satu ini. selamat menikmati lanjutan "Api di Bukit Penantian"

Sementara itu, Sidanti yang sedang berlari kencang menerobos gerumbul gerumbul liar segera memperlambat langkahnya ketika dilihatnya agak jauh di depan seseorang sedang berdiri menantinya, Ki Tambak Wedi.
“Guru,” kata Sidanti setelah dia berada tepat di depan ki Tambak Wedi,”Kenapa kita mesti berlari seperti seorang pengecut hanya karena seorang yang bernama Sumangkar?”
Ki Tambak Wedi tersenyum, tampak wajahnya bersungguh sungguh ketika menjawab pertanyaan Sidanti,” Tidak ada seorangpun yang akan berani mengatakan kita ini pengecut, karena dia akan segera tahu bahwa kata katanya itu adalah kata terakhir yang keluar dari mulutnya sebelum kita merobeknya, kau harus tahu itu, Sidanti.”
“Aku tahu itu, guru.” Jawab Sidanti, kemudian,”tapi mengapa kita harus cepat cepat meninggalkan perkemahan orang orang jipang sebelum aku puas bermain main dengan mereka?”
Ki Tambak Wedi terdiam sejenak, dipandanginya wajah Sidanti dengan sorot mata yang aneh, kemudian dengan perlahan lahan dilangkahkan kakinya menyusuri hutan yang semakin tipis sambil berdesis,” Sidanti, perjalanan hidupmu masih panjang, banyak hal yang masih belum engkau mengerti. Suatu saat engkau akan menghadapi sesuatu yang rasa rasanya sangat menyenangkan dan mendatangkan kegembiraan dalam hatimu, namun yang mungkin akan berakibat kesulitan yang akan mempengaruhi jalan hidupmu kelak. Atau mungkin suatu saat kau merasa tidak ada gunanya mengerjakan suatu pekerjaan yang bagimu sangat sulit dan membosankan, namun engkau tidak tahu bahwa apabila usahamu itu berhasil, maka engkau telah melapangkan jalan menuju cita citamu.”
Sidanti mengerutkan keningnya, dicobanya untuk mencerna kata kata gurunya. Sambil berjalan perlahan lahan di samping gurunya, dia mencoba untuk memberikan tanggapan atas apa yang telah disampaikan oleh gurunya.
“Guru,” sahutnya kemudian,” aku tidak tahu apa hubungannya antara nasehat guru tadi dengan permainan yang baru saja aku lakukan dengan prajurit prajurit jipang, bagiku adalah sangat menyenangkan dapat memberi peringatan kepada Macan Kepatihan yang sombong itu atas penghinaan yang dilakukannya kepada kita beberapa saat lalu.”
Ki Tambak Wedi tertawa, “ apa kau kira Macan yang sombong itu masih akan sempat kembali ke perkemahannya?”
Sidanti terkejut,” maksud guru, pasukan pajang dan sangkal putung akan berhasil menghancurkan pasukan jipang?”
“bukan begitu maksudku,” sahut Ki Tambak Wedi masih dengan tersenyum,”seandainya pasukan jipang berhasil menggilas pasukan pajang dan sangkal putung, mereka tentu tidak akan kembali ke perkemahan mereka. Mereka akan memasuki kademangan sangkal putung dan menjarah apa saja yang ada, harta benda, gadis gadis, dan apa saja yang berguna bagi kelangsungan perjuangan mereka. Kemudian mereka akan menggunakan sangkal putung sebagai landasan perjuangan berikutnya. Pasukan pasukan jipang yang masih tersebar di sana sini tentu akan ditarik ke sangkalputung sehingga menjadi suatu kekuatan yang akan membahayakan bagi Pajang.”
“Tapi kalau pasukan pajang dan sangkalputung berhasil menghancurkan mereka?” Tanya Sidanti kemudian.
“Maka akan tamatlah petualangan Tohpati yang bergelar macan Kepatihan itu, tidak ada seorangpun dari laskar Jipang yang akan mampu menggantikan kedudukan Tohpati sepeninggalnya.”
“Bagaimana dengan murid kedua dari perguruan kedung Jati ? Bukankah dia memiliki kekuatan yang hampir seimbang dengan Patih Mantahun yang bernyawa rangkap itu?”
“Dia tidak akan berbuat apa apa.” Tegas Ki Tambak Wedi, kemudian dia melanjutkan,” bukankah engkau melihat sendiri dia tidak berbuat apa apa ketika Tohpati menyerbu sangkal putung beberapa kali? Tentu hasilnya akan berlainan seandainya Sumangkar mau turun tangan membantu murid kakak seperguruannya. Bahkan dia hanya menonton saja ketika engkau bermain main dengan beberapa prajurit jipang di perkemahan tadi.”
“Tapi, guru,” sahut Sidanti,” mengapa dia membela Tohpati pada saat mereka bertemu kita di padang rumput itu?”
“Sumangkar mengira kita masih bagian dari pasukan pajang, sehingga dia tidak mau Tohpati dibunuh secara licik di depan matanya, hal itu tentu akan lain jika terjadi di medan pertempuran. Sumangkar tidak akan peduli siapa yang akan membunuh Tohpati. Baginya kejayaan Jipang sudah padam seiring terbunuhnya Adipati Jipang Arya Penangsang dan kakak seperguruannya Patih Mantahun.”
Mereka berdua terdiam beberapa saat. Yang terdengar hanyalah gemerisik langkah mereka yang menginjak dedaunan kering yang bertebaran disela sela pepohonan hutan yang semakin jarang.
(mungkin bersambung)

harap dimaafkan, apa yang saya tulis hanyalah imajinasi saya. saya tidak punya bahan mentahnya, hanya pernah baca seri I sekitar 30th yang lalu, jadi hanya mengira ngira saja, banyak yang lupa jalan ceritanya.
salam adbm
tetap semangaaaaat

Anonim mengatakan...

wah.. ingatan mas bedhez endhez baik sekali.. udah 30 tahun masih nyerempet benar.
tapi seingat saya, di perkelahian ini ssempat bertemu sumangkar & kitambak wedi. yg akhirnya kitambak wedi+ sidanti harus pergi karena kalah jumlah. peristiwa ini yg akhirnya nanti membawa sebagian laskar jipang (tubdun dkk)mengikuti sumangkar untuk menyerahkan diri kepada untoro.
itu seingat saya, yg baca sekitar 6 tahun lalu.

pasingsingan@gmail.com

Anonim mengatakan...

adbm2 belum jadi kasus alami kok
(DHE2)

Anonim mengatakan...

mas pasingsingan yth,
sebenarnya agak ingat2 lupa tentang sumangkar vs tambak wedi, karena menggambarkan perkelahian itu cukup rumit, saya menyerah aja deh, dibuat aja tambak wedi menghindar karena perkelahian itu menurut dia tidak ada gunanya.untuk teman2 yg lain jangan putus asa, mas DHE2/mbak, (soalnya alamat emailnya kaya nama cewek jadi aku takut salah nyebut, maaf)sekarang beliau sedang membidani lahirnya blog baru, adiknya blog mas rizal ini. semoga lancar2 aja. kalo ada yang bisa saya bantu, saya siap, tapi saya tinggal jauh dari jakarta. nanti saja kalo sudah sampai jilid 396, tak coba mbantu alm sh mintardja untuk menamatkan sampai jilid 400 he..hee itu kalo saya bisa.
salam adbm
tetap semangaaaaat

Anonim mengatakan...

He3..imaginasi mas Bedhez (skr pake "Z" nyuwun sewu) emang TOP, saya perlu berguru!
mas Bedhez dan lainnya (tdk disebut satu2), saya kok curiga ya, bhw salah satu dari komentator yg "anonim" adalah mas Rizal loh?
tapi apapun dan siapapun itu, tetap kita tidak boleh nglang2ke mas Rizal dan penting lagi seruan mas Bedhez untuk tdk hilang semangat, utamanya buat seluruh cantrik di "padepokan Rizal" tetap bersatu..coba saja iseng2 dihitung para cantrik ini, dari 116 komentator (sp saat ini), ada berapa nama yg berbeda? ini sudah merupakan komunitas yg solid dan kompak..pak..pak..SEMOGA!

Anonim mengatakan...

Lumayanlah meski sekedar imaginasi, setidaknya bisa sedikit mengobati sakau.
Mas Yuwana, saya ada lanjutannya SST sampai episode 1074. Tapi besuk pagi saya harus ke offshore 2 minggu.
Kalo mau, coba email saya ke Generic_Champion-Servo@cnooc.co.id
Karena account tsb kami pake share ma temen, emailnya at least besuk sore saja.
Nanti coba saya kirim dari laut.
Salam buat fans ADBM semua

Anonim mengatakan...

Itulah semangat kebersamaan yang ditularkan oleh laskar sangkal putung, menjalar ke para ADBM mania..

Mas Bedhez, luar biasa nih ingatannya... Kalau pada akhir cerita ngga dibilang itu adalah "seingat" nya,.. wah saya ngga bisa ngebedain mana yang asli dan bukan,.. hehehe..siiip..siiip

Tiap hari saya selalu mondar-mandir di blog ini untuk bertemu dengan teman2 yang makin hangat dan proaktif. Ah, jangan2 Mas Rizal malah jadi ikutan keasyikan baca postingan kita-kita.Sampe lupa. Yuuuk, lanjut lagi Mas Rizal..

Salam, Aulianda ..

Anonim mengatakan...

Buat teman2 pecinta ADBM
Trims berat atas tanggapannya,
kelihatannya pasukan adbm2 sudah mulai memasang gelar garuda nglayang untuk memasuki medan pertempuran. dengan buku 11 sudah ditangan mas Yulius,kita tinggal menunggu komando senapati utama mas DHE2, sedangkan mas Kris dan mas GI sbg senapati pengapit tentu tidak akan membiarkan sang senapati utama bertempur sendirian.
Hayoo para prajurit wiratamtama adbm, rawe rawe rantas malang malang putung.
tetap semangaaaat

Anonim mengatakan...

Rekan-rekan penggemar ADBM,
Maafkan saya yang telah lama menghilang, krn kesibukan. Saya lihat blog-nya mas Rizal udah lama juga bertahan di angka 60. Alhamdulillah ada mbak Retma yang punya ADBM yang sukur-sukur komplit namun masih harus discan.
Saya usul, untuk sementara daripada rekan-rekan harus scan bukunya mbak Retma, saya kirim file jpg saya ke mas DHE2 yang punya blog lain, dari jilid 11. Insya Allah menyusul jilid2 terusannya.
Saya pengin juga kalau bisa di blog-nya mas DHE2 dimunculin juga gambar2-nya termasuk cover depan, biar tambah asyik.
Buat mas Rizal, saya mohon maaf kalau saya kirim lanjutan ADM ini ke mas DHE2. Saya kasian dengan antusias rekan2 yang gak dapet saluran, bahkan udah dapat menciptakan "Api di Bukit Penantian".
Buat rekan2 yang ingin bantu retype silahkan hubungi mas DHE2.
Terakhir, lanjutan no 60 (jilid 10 bag akhir), bisa hub. mbak Retma untuk discan ulang. Tolong juga, scan cover depan Jilid 18 dan 20 dari bukunya mbak Retma (kirim ke mas DHE2 biar lengkap).

Salam
Bang Doel

Anonim mengatakan...

saya ingin banget membantu.
dan tolong dong jangan anonim.. kita susah untuk saling berhubungan.
silakan aja mas kalo mo kirim hasil scan nya ke saya.. di nindityo@gmail.com
saya akan bantu sebisanya.
salam

Unknown mengatakan...

Horee... Trimakasih Mas Ubaid, akhirnya saya bisa lanjut lagi bacanya, soalnya saya gk tega loncat baca langsung ke 800an... ceritanya dah jauh banget gk nyambungnya.. makanya saya nunggu dari Mas..
nanti saya email ke mas n saya tunggu lho lanjutan nya.. skali lagi Makasih ya Mas Ubaid

Anonim mengatakan...

dan... di
http://adbm2.wordpress.com
terjadi gotong royong meretype cerita ini.. ayo.. semua ikutan dong.. sambil menunggu kembalinya kiai grinsing yang lenyap bersama mas rizal..

bensroben

Anonim mengatakan...

ADBMers, satu posting lagi jilid 11 bisa kita tamatkan. Mudah2an target satu minggu satu jilid bisa terlaksana. Bang Doel, ditunggu paket selanjutnya. Bisa kan dikirim untuk beberapa minggu sekalian. Istilah bisnisnya "bayar di muka". Untuk memudahkan koordinasi pasukan editor. Lagian kalau ada waktu panjang antara editing dan jadwal tayang kan nggak sradak-sruduk. Terutama buat saya sendiri sebagai penjaga gawang terakhir. (DHE2)

Anonim mengatakan...

sambil nunggu mas rizal
update terbaru di
http://adbmcadangan.wordpress.com
mas dhe2 yang mbaurekso.

Anonim mengatakan...

Bukan saya sendiri ko. Ada Mas Nin dan Mas mBodo.
(DHE2)

Anonim mengatakan...

Saya penikmat bacaan cerita, . ..sangat lah terimakasih atas usaha teman temen untuk publikasi cerita ini. semoga kebaikannya menjadikannya kebajikan, .. . .sekali lagi terimakasih atas segala upaya teman teman

Anonim mengatakan...

Saya pendatang baru di Bloggernya mas Rizal ni.
Sudah lama saya nyari-nyari "Api di Bukit Menoreh 1-100" ini sampe2 waktu kuliah saya datengin KR n alangkah sedihnya ketika mendengar bahwa Api dibukit menoreh ep 1-100 dah ga terbit n blm ada renc mo diterbitin ulang.
dulu wktu SMA saya sudah terpikat dgn salah satu karya SH. Mintardja berjudul "Nagasasra Sabuk Inten", (sekarang telah terbit edisi cetakan ulang yg dikemas lebih eksklusif dan rapi)
Alangkah bahagianya setelah cukup lama nunggu ampe lulus kuliah eh ga taunya iseng-iseng buka google trus dapet deh Blog ini. Langsung tanpa ba bi bu saya download "Api di Bukit Menoreh" ep 1-60.
Tks Berat. (mudah2an 61-100 segera menyusul) sekali lagi Tks berat mas Rizal!

Unknown mengatakan...

Aku jg mau bantu retype ulang.. kirim ke "ghawats@yahoo.com" ato ke "edisiswo@jurtech.com" Aku banyak waktu luang tuk ngerjainnya...

Anonim mengatakan...

ADBM dilanjutkan di adbmcadangan.wordpress.com
Buat Mas Edy, saya kirim file untuk retype. (DHE2)

Anonim mengatakan...

semoga pengganti adbm lancar2 saja.
Tohpati telah mati, lupakan masa lalu, mari kita tatap masa depan dengan lebih baik.

Ki Buyut Nirsuto mengatakan...

teman-teman, kalo ada yang punya kontak dengan mas Rizal tolong cari tahu bagaimana kabarnya beliau. Saya takut mas Rizal terlibat masalah karena blog ini. Mari sama-sama berdoa semoga tak ada aral melintang buat mas Rizal setelah setengah tahun lebih membius kita. Amin

Anonim mengatakan...

saya temukan alamat mas rizal..
kalo ada temen2 yg tinggal di kota depok bisa hubungi saya.
bensroben@google.com

Anonim mengatakan...

ups.. salah ..maaf..
bensroben@gmail.com

Anonim mengatakan...

Tanpa mengurangi hormat buat mas Rizal..untuk selanjutnya alihkan frekuensi blog ini ke "adbmcadangan" untuk meneruskan kesinambungan ilmu kanuragan dari empu linuwih SH MINTARDJA, seri api dibukit menoreh dengan tampilan baru...
(HER)

Anonim mengatakan...

Duh,kynya msh lama neh tnggu lanjutannya...Hehe,dah ga sabar euy

Anonim mengatakan...

terimakasih mas Rizal atas posting-nya. share-nya smoga jadi ibadah. udah 1 bulan aku nunggu seri 61 belum nongol juga. yah, memang harus sabar ya mas, ...

Anonim mengatakan...

untuk rekan2 yg baru gabung.. lanjutan cerita iini di gotong royong di http://adbmcadangan.wordpress.com

MaiL mengatakan...

aduh saya seneng banget baca ADBM jadi inget kenangan dulu
karna bacanya pasti rebutan sama bapak

(yang komentar ibu saya)

Anonim mengatakan...

Mas Rizal, yang cepat dan nyaman tidak usah konversi ke teks. Biarkan saja file image apa adanya dirangkai jadi satu dalam format DJVU. Tutorialnya bisa dilihat di http://f4iqun.wordpress.com/2008/11/06/cara-membuat-file-djvu. Hasil kompilasinya lebih kecil dibanding PDF dan bagi pembaca serasa membuka halaman buku aslinya, lebih nyaman.
Untuk upload file, saya senang titip di http://www.4shared.com karena lumayan cepat akses datanya.
Kenangan masa kecil. Sewaktu bersih-bersih lemari Bapak, saya nemu tumpukan buku SH . Mintardja banyak banget. Ada API DI BUKIT MENOREH (kalau ndak salah s/d jilid 23x), ISTANA YANG SURAM (tamat), SURAMNYA BAYANG-BAYANG (belum terbaca), KECUBUNG apa gitu (belum terbaca), BENDE MATARAM (tamat).
Sayang sewaktu pindah ke Jombang, karton yang berisi buku, majalah, & novel terlantar di halaman terkena hujan - hancur. Padahal saya sudah siapkan bakal perpustakaan kecil untuk bekal anak-anak saya, supaya tidak melupakan kisah karya anak bangsa. Air mata saya sampai menetes waktu itu.
Saya sudah ndak sabar nunggu kelanjutannya lo. Sudah berminggu-minggu mimpi jadi Agung Sedayu. :)
Salam dari Jombang.

Anonim mengatakan...

Bung Rizal,

Seri2 berikutnya (61~dst) dimana ya?

TQ

Anonim mengatakan...

Untuk serial Api Di Bukit Menoreh dilanjutkan oleh teman2 dan simpatisan mas Rizal, silahkan berkunjung ke http://www.adbmcadangan.blogspot.com

Anonim mengatakan...

Alhamdullillah akhirnya aku temukan SH Mintardja, eh karyanya ding. Semoga amal bakti Bapak SH Minjardja menjadikan Amal Jariah sampai akhir zaman. Amin

jabon mengatakan...

saya masih bingung ni....

jabon mengatakan...

Pusing ngikutin ceritanya nih....

jabon mengatakan...

yang edisi kemarinnya aja lom sempat ngikutin, ini udah yang 60.

Anonim mengatakan...

sampai saat ini aku masih nunggu Maz Rizal ........

Masyhudi Salsabila mengatakan...

Mana lanjutannya? Aku menunggu dengan sangat...

rizal mengatakan...

Mas Mashudi dan sobats,
untuk kelanjutan cerita ADBM ini bisa diikuti di www.adbmcadangan.wordpress.com, yang merupakan hasil kerja besar keroyokan oleh seluruh cantrik....silakan mengikuti ya

penginapan di jakarta mengatakan...

wah sangat menarik nih ceritanya .. saya sangat suka dengan cerita kolosal seperti ini